Konflik ‘Ramadan di Rumah Uya’ Dinilai Jauh dari Nuansa Ramadhan
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menyoroti sejumah program televisi yang mengusung tema Bulan Puasa justru belum senafas dengan Ramadhan.
Hal ini dilakukan agar lembaga penyiaran dapat menayangkan program yang berkualitas, inspiratif serta mendukung kekhusyukan ibadah selama bulan Ramadan. Sebab, bagi umat Islam, Ramadan merupakan bulan yang sakral.
“Yang dibutuhkan umat program memiliki nuansa Ramadan, untuk mendorong kualitas Ramadan. Tidak hanya bagian Ramadan, harapan tahun ini menjadi lebih baik,” kata Koordinator Siaran Ramadan KPI, Nuning Rodiyah di kantor KPI Pusat, Rabu, 2 Mei 2018.
Selain tayangan Pesbukers di ANTV, Ngabuburit Happy dan Brownies Sahur di Trans TV, stasiun televisi Trans 7 juga mendapat teguran karena program Ramadan bertajuk Ramadhan di Rumah Uya yang dipandu Uya Kuya, yang tayang pukul 16.00 sampai menjelang adzan maghrib.
Menurut Penanggung Jawab Tim Pemantau Tayangan Televisi Ramadhan MUI 1439 H/2018 Masehi, Asrori S. Karni, program ini isinya mengundang tamu bermasalah, terkait relasi percintaan, perselingkuhan dan persoalan rumah tangga lainnya.
“Selalu terjadi pertengkaran antar pengisi acara, saling mencaci, menuduh, menghina, dan membongkar aib. Diakhiri sedikit nasihat dari narasumber, Ibu Qurrota A’yun, yang dipanggil Ummi. Cara Ummi menyikapi masalah, kadang larut dalam gaya menuduh, menghakimi, dan memperkeruh suasana,” jelas dia.
“Sikap dan nilai yang dikedepankan program ini dirasakan jauh dari spirit Ramadhan. Seharusnya program ini dihentikan tayang pada Ramadan,” lanjut dia.
MUI menyayangkan program-program ini tayang merusak spirit Ramadan. Dia mengatakan program positif lainnya yang tayang di tiga stasiun televisi tersebut menjadi tertutup lantaran ‘ulah’ program-program ini.
“Padahal program trans corp ini banyak yang positif, tapi tercederai gara-gara sejumlah program berbalut Ramadan. Bisa dikatakan rusak program setitik, rusak program seluruhnya,” tutupnya.