Konflik Afghanistan Makin Membara, Tiongkok Main Mata Taliban
Dampak dari penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan, menjadikan negeri yang dilanda konflik lebih 40 tahun itu makin membara. Atas kebijakan AS tersebut, menyebabkan sepak terjang Taliban semakin meluas dan brutal di negara itu.
Faktanya, kelompok militan Taliban menyerang kamp Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Provinsi Herat, Jumat 30 Juli 2021. Dalam serangan itu satu orang polisi yang merupakan security penjaga, dilaporkan tewas.
Juru Bicara Asosiasi PBB Eri Kaneko mengatakan, PBB mengutuk keras atas serangan yang terjadi di kamp utama Afghanistan itu.
“PBB dan negara mengutuk dalam istilah yang kuat hari ini. Serangan di kompleks utama kami di Herat, dimana penjaga polisi Afghanistan terbunuh dan yang lainnya terluka. Tidak ada personel PBB yang terluka dalam insiden itu,” ujar Kaneko dalam keterangan pers, Jumat 30 Juli 2021 waktu New York.
Serangan oleh Taliban disebut menggunakan granat serta tembakan. Misi PBB di Afghanistan mengatakan serangan yang menargetkan masuk merebut dengan granat, roket dan tembakan.
"Yang jelas fasilitas PBB itu dilakukan oleh oknum-oknum anti pemerintah,” jelas Kaneko.
Talibat Kuasai Banyak Kawasan
Saat ini Taliban disebut telah menguasai setengah dari jumlah total wilayah di Afghanistan. Di tengah proses penarikan pasukan AS dan meluasnya upaya Taliban menguasai Afghanistan, Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, secara khusus mengundang delegasi Taliban ke Provinsi Tianjin, Rabu 28 Juli 2021.
Delegasi Taliban dipimpin langsung oleh Pemimpin Komite Politik Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Zhao Lijian, menyebut, pada pertemuan secara khusus Menlu Wang Yi mengatakan, Taliban merupakan kekuatan militer dan politik yang penting di Afghanistan dan diharapkan memainkan peran penting dalam proses perdamaian.
“Wang Yi menunjukkan bahwa Taliban Afghanistan adalah kekuatan militer dan politik yang penting di Afghanistan dan diharapkan memainkan peran penting dalam proses perdamaian, rekonsiliasi, dan rekonstruksi negara itu,” ucap Zhao dalam konferensi pers setelah pertemuan.
Peran Aktif Taliban
Tiongkok berharap proses perdamaian di Afghanistan dapat dicapai dengan peran aktif Taliban, termasuk menetapkan tujuan perdamaian, membangun citra positif dan mengejar kebijakan yang inklusif.
“Semua faksi dan kelompok etnis di Afghanistan harus bersatu sebagai satu, benar-benar menerapkan prinsip “dipimpin dan dimiliki Afghanistan”, mendorong hasil substantif awal dalam proses perdamaian dan rekonsiliasi, dan secara mandiri membangun struktur politik yang luas dan inklusif yang sesuai dengan Afghanistan. realitas nasional,” tambah Zhao.
AS menargetkan penarikan pasukan secara penuh dari Afghanistan akan berakhir sebelum 11 September mendatang atau tepat dua dekade peristiwa 9/11.
Pangkalan Militer AS di Virginia
Penarikan pasukan itu turut dilakukan terhadap para penerjemah berkewarganegaraan Afghanistan yang selama ini membantu operasi pasukan AS.
Jumat 30 Juli 2021 pagi, sebanyak 200 warga Afghanistan yang merupakan penerjemah beserta keluarga, tiba di Pangkalan Militer AS di Virginia.
Pagi itu, Mohammad Nabi Mohammadi, mantan penerjemah pasukan AS yang sebelumnya telah berada di AS beberapa tahun terakhir, mengatakan, sangat senang akhirnya salah seorang sepupunya yang juga berprofesi sebagai penerjemah merupakan bagian dari 200 warga Afghanistan tersebut.
Basis Pangkalan Militer
“Kami senang bekerja dengan Pemerintah AS dan Afghanistan. Kami ingin melayani rakyat,” ungkap Mohammad Nabi Mohammadi kepada Aljazeera.
Sebanyak 200 warga Afghanistan itu akan berada setidaknya selama seminggu di Basis Pangkalan Militer AS di Virginia, guna kepengurusan terakhir terkait keimigrasian.
Awal pekan ini, PBB dalam laporannya menyebutkan, hampir 2.400 warga Afghanistan meninggal ataupun luka-luka dalam periode Mei-Juni akibat serangan Taliban. Pada
Minggu 18 Juli 2021, para petinggi pemerintah Afghanistan dan Taliban bertemu di Doha, Qatar, untuk membahas kesepakatan damai.
Kedua pihak telah memulai pembahasan kesepakatan damai sejak September tahun lalu, namun belum mencapai kemajuan berarti.
Advertisement