Konferensi Perempuan Internasional Digelar Kelompok Kerja Aqsha
Lembaga Kemanusiaan yang berfokus pada isu Palestina, Kelompok Kerja Aqsha (AWG), menggelar Konferensi Perempuan Internasional untuk Pembebasan Al-Aqsa dan Palestina, Kamis 17 Maret 2022 secara hybrid (campuran) di Jakarta.
Ketua Pelaksana Konferensi Maghfiroh menyebut, konferensi bertujuan untuk membangkitkan kembali kepedulian dan semangat kaum perempuan dunia tanpa memperhatikan latarbelakang, untuk memberikan kesadaran peran penting mereka dalam perjuangan pembebasan Al-Aqsa dan Palestina.
"Sehingga di sini tidak harus menjadi seorang muslim untuk bisa membela tentang kemanusiaan ini. Jadi, membangkitkan kesadaran kaum perempuan, karena kita fokusnya di sini memang perempuan," ungkap Maghfiroh dalam konferensi pers yang digelar Rabu 16 Maret 2022, di bilangan Jakarta Pusat.
Perjuangan Perempuan Palestina
Menurutnya, konferensi juga sebagai upaya menyuarakan kembali perjuangan para perempuan Palestina, khususnya "Murabithah" (penjaga perempuan di Masjid Al-Aqsha).
"Menyuarakan perjuangan dan pengorbanan para Murabithah. Karena, banyak atau sudah lama tidak diangkat kembali isu-isu tentang ini. Kita ingin terus menyuarakan agar ada pembelaan, baik dari segi mungkin dari advokatnya atau istilahnya hak asasi mereka-mereka itu bisa kita bela," terang Maghfiroh.
Murabithah asal Gaza, Hanady Halawi mengapresiasi atas kepedulian rakyat Indonesia terhadap isu Palestina, terutama yang diwujudkan dengan penyelenggaraan konferensi.
"Saya sangat meyakini permasalahan Palestina itu akan selalu hidup di tengah-tengah masyarakat muslim untuk utamanya Indonesia. Dengan adanya konferensi ini menandakan bahwa permasalahan atau kepedulian terhadap Palestina dan masjidil Aqsa ini, masih ada dan terus hidup di tengah hati-hati orang Indonesia," kata Hanady Halawi melalui sambungan video telekonferensi.
Menurut Hanady pihaknya meyakini langkah positif yang dilakukan rakyat Indonesia melalui penyelenggaraan konferensi, akan memberikan dampak pada upaya pembebasan Al-Aqsha dan Palestina.
"Saya meyakini langkah-langkah yang dilakukan siapapun dan dalam bentuk apapun baik besar dan kecil kaitannya dengan pembebasan Masjidil Aqsha dan Palestina ini, akan memiliki dampak dan efek. Meskipun itu tidak terasa, namun apapun yang dilakukan oleh para para pejuangz para aktivis dan orang-orang yang peduli akan Palestina, akan memberikan dampak efek terhadap pembebasan dan kemerdekaan ke Palestina," ucap penjaga perempuan masjid Al-Aqsha ini.
Pembina AWG Yakhsyallah Mansur menyebut, perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka bukan hanya merupakan masalah umat Islam, melainkan merupakan masalah kemanusiaan. Bahkan, telah disebutkan secara tegas pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Bapak Bangsa Indonesia
"Selanjutnya sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 yang mana oleh para "Founding Father" (Bapak Bangsa) kita sudah ditulis dengan jelas dan ini menjadi pedoman setiap langkah kami, untuk mengadakan pembelaan terhadap Palestina dan Masjidil Aqsa dan mudah-mudahan segera Merdeka," papar Yakhsyallah Mansur.
"Di sana jelas disebutkan bahwasanya kemerdekaan adalah hak segala bangsa, oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan," sambungnya.
Konferensi Perempuan Internasional untuk Pembebasan Al-Aqsha dan Palestina, akan menghadirkan empat perempuan Palestina.
Terkait hal itu, tiga diantaranya memiliki pengalaman dengan kekejaman aparat keamanan zionis Israel.
Yaitu, Samr Subaih merupakan mantan tahanan perempuan serta dua Murabithah masing-masing Zainat Ali Uwaydah dan Hanady Halawani.
Menurut rencana konferensi juga akan menghadirkan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al-Shun, yang akan menyampaikan sambutan kunci.