Kondisi Gunung Agung Tunjukan Kemiripan dengan Letusan 54 Tahun Silam
Karangasem: Penduduk di sekitar Gunung Agung, Karangasem, Bali merasakan gejala erupsi yang mirip dengan letusan dahsyat 54 tahun silam, tepatnya pada 1963, hal itu dikatakan Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho.
"Berdasarkan pengalaman yang mengalami letusan tahun 1963, mereka mengatakan apa yang mereka rasakan saat ini hampir setiap hari terjadi gempa bumi itu hampir mirip dengan ketika tahun 1963, ketika Gunung Agung belum meletus," kata Sutopo, Selasa, September 2017.
Masyarakat yang tinggal disekitar kawasan gunung itu sudah meningkatkan kewaspadaannya demi menghindari bencana alam yang sama.
"Jadi dari tingkat kesiapsiagaan masyarakat pun meningkat," ucap Sutopo.
Setelah level kewaspadaan Gunung Agung dinaikkan menjadi awas, aktivitas erupsi Gunung Agung terus meninggi. Bahkan, Sutopo menyatakan Gunung Agung masuk fase kritis.
"Meski sudah level awas, Gunung Agung belum tentu meletus. Kapan secara pasti Gunung Agung akan meletus tidak tahu. Tak ada instrumen yang bisa memastikan kapan gunung meletus. Tapi berdasarkan pengamatan potensinya meletus tinggi," kata Sutopo.
Pada 1963-1964 silam, Sutopo melanjtkan Gunung Agung pernah meletus hampir setahun lamanya. Ketinggian letusannya mencapai 20 kilometer yang memuntahkan air sulfat dan membumbung tinggi ke angkasa.
Akibat letusan itu, kurang lebih 1.549 orang meninggal dunia, 1.700 rumah rusak dan 225.000 kehilangan mata pencaharian, serta 100.000 mengungsi.
"Letusannya ekslusif. Temperatur bumi turun akibat letusan Gunung Agung itu. Dampaknya sangat besar dan mematikan," kata dia.
Demi mencegah korban jiwa yang sama, BNPB terus melakukan upaya evakuasi para penduduk yang tinggal di dekat kawasan rawan bencana (KRB), terutama yang sudah dipetakan pihaknya yakni 9-12 kilometer dari Gunung Agung.
Tak cuma itu, sistem peringatan dini dan alat pemantau yang menggunakan satelit juga digunakan untuk meminimalisir korban jatuh. (kuy)