Komunitas Underground Sidoarjo Isi Ramadan dengan Tausiah
Ada cerita unik dibalik indahnya Bulan Ramadan di Sidoarjo. Biasanya Tausiah identik dengan jamaah muslim sebagai peserta, namun di Sidoarjo tausiyah dihadiri oleh Komunitas Underground sebagai peserta.
Tak heran, peserta tausiyah disini menggunakan pakaian serba hitam lengkap dengan atribut punk rock dan sepatu boot. Beberapa ada peserta yang bertato, sehingga menambah kesan sanggar.
Ustad Rosydin Anwar, sebagai pengisi tausiyah menjelaskan, setiap manusia pasti memiliki satu titik putih. Nah, gimana caranya titik putih ini kita perdalam sehingga bisa mengurangi titik yang gelap. “Karena saya yakin setiap manusia itu dasarnya baik,” ucapnya di sela tausiyah, Minggu 24 Maret 2024.
Tausiah sederhana ini digelar di Rumah Seni Pecantingan, Desa Sekardangan, Sidoarjo. Sekilas tak ada yang mengira bahwa dirinya adalah ustad pengisi tausiyah.
Penampilan yang low profile dengan tangan yang penuh tato dan memakai kaos hitam, membuat siapa saja yang melihatnya tak percaya dengan literasi agama yang dimilikinya.
Dalam kesempatan itu, Ustad Rosy panggilan akrabnya memaparkan hukum bertato dalam islam. Menurutnya, tato bukan halangan untuk melaksanakan ibadah seperti sholat atau mengaji. Karena pori-pori kulit yang di tato masih mengeluarkan keringat.
“Justru yang tidak diperbolehkan adalah pembuatan awal tato itu, karena menyakiti diri sendiri. Itu dinamakan dzolim terhadap diri sendiri,” tegasnya.
Oleh karenanya, ia berharap kepada semua masyarakat yang bertato agar tidak ragu untuk melaksanakan ibadah hanya karena tubuhnya penuh tato. “Makanya jangan berkecil hati buat orang yg bertato, kita tetap bisa sholat dan ibadah dengan sah,” tutur Rosy.
Rosydin Anwar sendiri adalah mantan warga binaan pemasyarakatan kasus narkoba, yang sekarang sudah berhijrah. Ia sering dijadikan panutan oleh teman-teman komunitasnya untuk mengajarkan hukum islam. Selain itu, bapak tiga anak ini juga mengajar ngaji di salah satu Mushola Sidoarjo.
“Setiap orang itu pasti ada masanya, tidak mungkin mereka menjalani hidup yang hitam selamanya,” tutupnya.
Acara tausiyah ini ditutup dengan performance dari band-band underground dari Sidoarjo dan Surabaya. Sebelumnya, komunitas anak-anak berkaos hitam ini membagikan takjil di sekitar Pecantingan.