Komunitas Sedulur Sikep di Bojonegoro Menyusut
Warga Samin atau kerap disebut Sedulur Sikep di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, jumlahnya kian menyusut. Kini warga yang bertahan tinggal di lingkungan Dusun Jepang, Desa/Kecamatan Margomulyo, Bojonegoro.
Komunitas Samin adalah warga yang masih tetap mempertahankan ajaran tokoh bernama Samin Surosentiko, alias Raden Kohar atau Mbah Suro. Ia lahir di Klopo Duwur, Blora, Jawa Tengah, pada 1859 silam.
Samin dikenal sebagai faham yang anti-penjajah Belanda, sehingga tokoh ini diasingkan di kawasan tambang batubara di Sawahlunto, Sumatera Barat hingga meninggal pada 1914.
Menurut Bambang Sutrisno, dirinya adalah keturunan ideologis ajaran Samin ke lima dan kini menetap di Dusun Jipang, Desa/Kecamatan Margomulyo. Dusun ini terpencil, berjarak sekitar 68 kilometer arah barat daya Kota Bojonegoro.
Pria yang tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kecamatan Margomulyo ini adalah anak dari Hardjo Kardi, 87 tahun, tokoh Samin generasi keempat. Kini, ia bermukim di Dusun Jipang, Desa/Kecamatan Margomulyo.
”Ayah memang keturunan ideologis Mbah Hardjo Kardi,” ujar pria 40 tahun itu, pada Ngopibareng.id, Rabu 9 Februari 2022.
Orangtua Bambang Sutrisno adalah pasangan Hardjo Kardi-Sidah. Mereka punya tujuh anak. Antara lain Karsi, Rumini, Marsam, Watini, Surati, Sri Purnami, dan Bambang Sutrisno. Ketujuh bersaudara ini masih hidup semua.
Keluarga besar ini, ada yang menetap di Dusun Jipang, Margomulyo dan ada juga menetap di Kecamatan Padas, Kabupaten Ngawi. Mereka lah yang nguri-uri alias mempertahankan ajaran Samin hingga hari ini. Misalnya Karsi, anak tertua Hardjo Kardi, sehari-hari menjadi pelatih seni karawitan.
Menurut Bambang Sutrisno, ajaran Samin di Bojonegoro diakui jumlahnya kian menyusut. Terutama, mereka yang bertempat tinggal di luar Desa Margomulyo. Di Bojonegoro sendiri, terdapat beberapa daerah yang ditempati para pengikut maupun yang masih punya darah keturunan Samin Surosentiko.
Di Desa Tapelan, Kecamatan Ngraho, ada keturunan dari Surokarto Kamidin. Ia merupakan murid Samin Surosentiko, generasi ketiga. Ada juga tinggal di Desa Ngradin, Kecamatan Padangan, dan beberapa warga tinggal di Kecamatan Purwosari dan Kecamatan Gayam, keduanya juga di Kabupaten Bojonegoro.
“Sebagian penerusnya sudah meninggal dan generasi mungkin jarang meneruskan ajaran Mbah Samin,” imbuhnya.
Sayangnya, Bambang Sutrisno tidak merinci, berapa jumlah pasti Sedulur Sikep yang masih mempertahankan ajaran Samin. ”Angkanya mungkin butuh dihitung kembali,” paparnya.
Bambang Sutrisno mencontohkan, Mbah Samin Surosentiko, sebelum diasingkan di Sawahlunto, Sumatera Barat, punya banyak murid yang setia. Mereka memiliki pertalian darah atau biologis dan juga karena garis ideologi. Seperti penerus kedua, yaitu Mbah Suro Kamidin, yang memiliki delapan anak. Tetapi, kedelapan anaknya tidak ada yang meneruskan perjuangan ajaran Samin. Sehingga Mbah Suro Kamidin mengambil anak angkat, yaitu Surokarto Kamidin.
Dari tokoh inilah lahir Hardjo Kardi. Ia membesarkan ajaran Samin bersama tiga saudara kandungnya, yakni Sriatun sudah meninggal, Monah, 90 tahun, Hardjo Kardi, 87 tahun; dan Karimah, 84 tahun. Mereka kini bertempat tinggal di Dusun Jipang, Desa/Kecamatan Margomulyo.
“Jadi, memang menyusut jumlahnya,” imbuh Bambang Sutrisno.
Ajaran Samin yang hingga kini masih dipegang, di antaranya Ngudi Roso (menghilangkan sifat jelek, hina dan suka berbohong), Sami-sami Sapodo Saduluran (hidup rukun saling berdampingan), tidak dengki, tidak iri.
”Ajaran iniah yang membuat kami hidup tentram,” ujar Bambang Sutrisno.
Kepala Desa Margomulyo Kabupaten Bojonegoro, Nuryanto, mengatakan, jumlah warga di desanya tercatat 5.942 jiwa yang tersebar di delapan dusun. Sedangkan warga yang tetap kukuh mempertahankan ajaran Samin, semuanya bermukim di Dusun Jipang sekitar 200 jiwa.
“Warga Sedulur Sikep, hidup rukun tentram,” ujarnya.
Nuryanto mengatakan, Komunitas Samin di Dusun Jipang, Desa Margomulyo pernah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan RI. Sedangkan sertifikat penetapan diserahkan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa kepada Hardjo Kardi, sebagai sesepuh Samin di Bojonegoro, pada Minggu, 23 Februari 2020 silam.
Kini, kampung berlokasi di pinggir hutan jati dan tak jauh dari Sungai Bengawan Solo ini, kerap dikunjungi para tokoh, pejabat dan warga dari luar kota.