Komunitas Sanggar di Malang Dorong Cerita Panji diakui UNESCO
Kampung Budaya Polowijen bersama dengan berbagai komunitas sanggar yang ada di Malang mengadakan Flashmob tari Topeng Bapang, Grebeg Jowo, dan Grebeg Sabrang pada Minggu, 7 Juli 2019 di Car Free Day (CFD) Jalan Ijen, Kota Malang.
Isa Wahyudi atau yang akrab disapa Ki Dema, mengungkapkan, bahwa tujuan utama dari acara tersebut adalah untuk mendorong Budaya Panji agar diakui oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), sebagai warisan sejarah dunia.
“Cerita Panji ini merupakan cerita luhur dari zaman Kerajaan Jenggolo, berkembang menjadi Kerajaan Kanjuruhan, lalu Singosari dan Mojopahit, bahkan berkembang sampai ke Thailand dan Kamboja,” tuturnya.
Pengusulan Cerita Panji untuk dijadikan warisan dunia oleh UNESCO digagas oleh Wardiman Djoyonegoro, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Presiden Soeharto, pada 2016 lalu.
Hal itu kemudian ditindaklanjuti oleh Kementrian Kebudayaan Republik Indonesia (RI) bersama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) dengan mengadakan Festival Panji Nusantara pada 2018, lalu, di Pasuruan, Kediri, Malang, Tulungagung dan Blitar. Selain itu juga diadakan Festival Panji tingkat Internasional tiga tahun sekali.
“Kita dari komunitas yang tidak terlibat dalam acara-acara besar itu, sengaja mengadakan flashmob ini, dengan cara ini (flashmob) kita juga mengenalkan kepada kaum milenial agar lebih mudah dicerna, cerita Panji ini,” ujarnya.
Ki Dema juga menjelaskan untuk memenuhi persyaratan dari UNESCO, komunitas sanggar yang ada di Malang tengah mengumpulkan naskah-naskah cerita Panji.
“Harus terkumpul sekitar seribu lebih naskah, ada naskah akademik, dokumentasi, video dan harus terkumpul seribu dokumen untuk kita setorkan kepada UNESCO,” jelasnya.
Menurut Ki Dema dari komunitas sanggar yang ada di Malang sendiri, yang terkumpul masih sekitar ratusan naskah dan untuk mengumpulkan seribu naskah lebih, memang membutuhkan waktu yang lama. (teo)