Komunitas K3 Ingatkan Pekerja Rawan HIV/AIDS
Kalangan pekerja di sektor industri dinilai rawan terpapar Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS). Karena itu Komunitas
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Probolinggo bersama polisi menggelar aksi damai memperingati Hari AIDS se-Dunia, Senin, 2 Desember 2019.
Mereka menggelar aksi dengan cara membagikan stiker dan bunga di perempatan Brak, Kota Probolinggo. Selain itu mereka juga membagikan leaflet berisi pesan soal bahaya HIV/AIDS.
Pengawas Ketenagakerjaan Disnakertrans Provinsi Jatim, Daya Wijaya mengatakan, aksi tersebut merupakan kepedulian terhadap bahaya HIV/AIDS. “Mari kita perangi HIV/AIDS tetapi tidak demikian terhadap penderitanya,” katanya.
Daya mengaku, prihatin karena dari segi jumlah pengidap HIV/AIDS, Jawa Timur berada di ranking dua setelah DKI. “Para pekerja di sektor industri termasuk yang terpapar HIV/AIDS,” ujarnya tanpa menyebut jumlah penderita di kalangan pekerja.
Sementara itu, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Probolinggo mencatat, sebanyak 416 orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Penderita sebanyak itu tersebar di lima kecamatan di Kota Probolinggo.
Badrut Tamam, Bagian Pengelolaan Program pada KPA Kota Probolinggo mengatakan, terdapat peningkatan penderita HIV/AIDS sebesar 40 persen pada kurun Januari-Agustus 2019. “Kondisi ini memprihatinkan sehingga diperlukan penanganan lebih serius,” katanya.
Penuluran HIV/AIDS, kata Badrut, melalui berbagai macam. Namun ada dua cara yang paling banyak terjadi, yakni melalui hubungan badan dan penggunaan jarum suntik secara bergantian.
Para penderita HIV/AIDS di Kota Probolinggo banyak yang berobat ke luar daerah. Mungkin dengan pertimbangan privasi agar tidak diketahui orang lain. “Hal ini juga terkait faktor psikologi penderita,” ujarnya.
Badrut yang juga menjadi manager kasus (MK) HIV/AIDS di Kabupaten Probolinggo menambahkan, sejumlah pengidap HIV/AIDS dari Kota Probolinggo berobat ke rumah sakit di Kabupaten Probolinggo.
“Tidak ada masalah berobat ke mana saja, asal mereka tetap mau berobat,” ujarnya.
Badrut berharap, tidak ada stigma di masyarakat terhadap pengidap HIV/AIDS. “Jangan sampai cap buruk itu semakin membuat pengidap semakin menderita, kasihan mereka,” ujarnya.
Advertisement