Komunitas Dolan Vespa Kediri, Tak Mau Kalah Ikut Ngabuburit
Jam sudah menunjukkan waktu hampir pulang kantor. Di luar sudah terlihat Vespa berjajar terparkir di samping Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Kota Kediri.
Vespa yang berjajar ini adalah Vespa lawas mulai tahun 1966 hingga tahun 1970-an. Salah satunya milik Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu pintu Kota Kediri, Anang Kurniawan. Anang Kurniawan ternyata juga menjadi koordinator lapangan Dolan Vespa, sebuah komunitas pecinta Vespa.
Saat bulan Ramadhan seperti sekarang, Komunitas Dolan Vespa jadi punya rutinitas baru, yaitu ngabuburit bersama naik ke lereng kaki Gunung Wilis. Mereka naik ke lereng kaki Gunung Wilis untuk mengeksplorasi pesona pemandangan alam dan berburu kabut.
"Selama bulan puasa sudah ada tiga lokasi, yang kita pilih yang cenderung naik. Alasannya, ngabuburit di lereng Gunung Wilis rasanya adem, tidak panas seperti di perkotaan," kata Anang Kurniawan.
Kata Anang yang juga mantan manajer Persik Kediri ini, tiga lokasi yang sudah mereka kunjungi untuk ngabuburit itu adalah Air Terjun Dolo, Desa Selo Pangung serta Waduk Sumber Podang. Ketiga lokasi yang dikunjungi ini memiliki letak letak yang menanjak karena terletak di lereng kaki Gunung Wilis.
"Tujuan kita selain refreshing sambil menunggu kumandang adzan Maghrib, juga sekaligus mempererat tali silahturahmi satu sama lain. Sebenarnya siapa pun boleh gabung, tidak harus memakai kendaraan Vespa saja," kata bapak empat anak ini.
Anggota yang ikut ngabuburit bareng biasanya berjumlah enam sampai sepuluh orang. Mereka yang ikut ini latar belakangnya beragam profesi.
"Anggotanya macem-macem. Ada yang tukang bengkel, ASN, bahkan wartawan juga ikut gabung kita," kata pria berkepala plontos ini.
Biasanya perjalanan yang ditempuh memakan waktu 45 menit. Setibanya di tempat yang dituju, mereka istirahat sejenak sambil mengeksplorasi keindahan alam sekitar. Setelah puas menikmati pemandangan alam sekitar, mendekati jelang waktu berbuka puasa, rombongan bergegas turun ke bawah.
"Semuanya kita lakukan spontanitas alias dadakan. Di samping itu, kan sejumlah tempat lokasi wisata di wilayah Kabupaten Kediri sudah mulai buka kembali, " ujarnya.
Meski kendaraan yang dipakai tergolong termasuk sudah sepuh, namun mereka mengaku hanya menghabiskan bensin sekitar dua liter saja. Itu pun masih tersisa.
Anang Kurniawan menyebut ada kepuasaan tersendiri ketika touring ke atas lereng kaki Gunung Wilis. Kepuasan itu karena kadang ada tantangan yang harus dihadapi. Selain mogok, tantangan alam berupa hujan dan jalan berkabut menjadi ujian tersendiri. Perlu kehati-hatian dan waspada dalam berkendara.
"Vespa yang saya naiki vespa super keluaran tahun 1966. Kan motor bekas tua, persiapan ya harus sering sering dicek. Kalau sudah naik ke atas sesinya beda, kan di atas rentan hujan disertai munculnya kabut, jadi perlu waspada dalam berkendara, " ujarnya.
Anang Kurniawan juga punya rencana untuk touring bersama ziarah mengunjungi makam wali lima. Tapi ada syaratnya.
"Itu nanti rencananya mendekati lebaran sambil, melihat dulu ada waktu libur atau tidak. Karena minimal jarak tempuhnya dua hari itu. Jadi refreshing, sekaligus ada religinya," kata dia.
Advertisement