Komunitas di Surabaya Ini Gelar Pameran Urban Toys
Boneka kecil dalam bentuk berbagai macam karakter atau biasa disebut urban toys kini sedang menjadi fenomena di kota-kota besar. Dilihat dari istilahnya, urban toys adalah mainan yang dibuat khusus oleh seorang desainer atau seniman dan biasanya menjadi sebuah koleksi. Di luar negeri, istilah urban toys lebih dikenal dengan designer toys.
Perkembangan urban toys juga semakin terlihat di Kota Surabaya, bahkan ada komunitas yang sengaja dibentuk untuk mewadahi para seniman mainan itu. Mereka kini tengah melakukan pameran bertajuk "Embrio" Urban Toys Exhibition di Wisma Jerman, Jalan Taman AIS Nasution Nomor 15, Surabaya.
Pameran karya para desainer mainan asal Surabaya itu dilakukan mulai 29 Juli hingga 1 Agustus 2023 mendatang dan terbuka untuk umum secara gratis. Adapun para seniman yang ikut berpartisipasi dalam acara tersebut adalah Rachmad Priyandoko yang membawa karakter toys dengan nama Cimot, Hendri yang memperkenalkan Rebel blazt toysnya, Rifky dengan Milbo toys yang berciri khas kotak, serta Ritzky Rachmadany membawa beberapa koleksi toysnya dari mulai Areng, Cenilwae toys hingga yang terbaru T-Man.
Salah satu inisiator komunitas urban toys di Surabaya, Rachmad Priyandoko atau akrab disapa Cak Mat mengatakan, adanya komunitas ini bertujuan untuk mengembangkan Intellectual Property (IP) lokal. Dimana saat ini diketahui IP masih didominasi dengan buatan luar negeri.
"Adanya komunitas ini adalah penggabungan dari kami para kreator atau seniman. Saya sendiri awalnya hanya gambar sampai kemudian berpikir untuk membuat IP saya sendiri. Lalu juga bertemu dengan teman-teman yang memang berkecimpung di dunia toys sudah cukup lama dan jadilah kami di sini sekarang ini," kata Cak Mat ditemui di Wisma Jerman.
Seperti tajuk yang digunakan dalam pameran kali ini, yakni Embrio. Komunitas yang baru berdiri tahun lalu ini juga sedang mempersiapkan cikal bakal dari kuatnya Urban toys atau IP lokal.
"Ini kami gaungkan lagi karena sebenarnya sudah beberapa tahun ini di Surabaya tak terdengar lagu gaungnya. Pameran ini sekaligus membangkitkan lagi Urban toys lokal asal Kota Surabaya," ujar Cak Mat.
Menariknya, toys atau mainan yang dibuat memiliki latar belakang dari cerita para senimannya. Nama yang disematkan untuk mainan yang dibuat juga sangat lokal, seperti Areng, Cenilwae ataupun Cimot.
Sementara itu, anggota Urban toys Surabaya lainnya, Ritzky Rachmadany menceritakan, karakter mainan yang dibuat terinspirasi dari kue tradisional bernama Cenil.
"Cenil ini biasanya dibuat berwarna-warni, tekstur kuenya lengket dan sulit dipisahkan. Ini saya ibaratkan seperti karakter orang Jawa yang erat dengan tali persaudaraan. Jadi mainan Cenilwae juga dibuat berwarna-warni, seperti pink, hijau, biru," ujar Ritzky.
Selain mainan, Ritzky Rachmadany juga membawa karya lukisannya dan beberapa gambar wallpaper yang bisa di-scan gratis bagi pengunjung pameran.
Wisma Jerman
Dhahana Adi, Asisten Program Budaya Wisma Jerman mengatakan, IP masih jadi hal baru bagi masyarakat, khususnya Surabaya. Di sini pihaknya ingin menjadi jembatan untuk memperkenalkan seni modern ini kepada masyarakat lebih luas.
"Wisma Jerman bersama IFI ingin memfasilitasi pegiat seni baik dari seni tari, film ataupun seni urban seperti ini. Kami merasa terusik karena sebagai kota terbesar kedua, Surabaya belum memiliki geliat terhadap toys atau budaya populer masyarakat urban," terangnya.
Wisma Jerman berharap, adanya pameran ini menjadi langkah awal menggeliatnya kembali seni mainan atau Urban toys.
"Berani show performance tidak muluk-muluk setidaknya masyarakat tau bahwa kualitas mainan yang dibuat seniman lokal bagus dan tidak murahan. Ini sebagai langkah awal karena ke depan perjalanan masih panjang," tandasnya.