Komnas HAM: Tragedi Kanjuruhan Bukan Disebabkan Ulah Suporter
Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) sedang bekerja untuk mengungkap tragedi Kanjuruhan. Komnas HAM merilis fakta awal yang ditemukan di lapangan dari tragedi yang menewaskan 131 tersebut.
Dalam rilis yang diterima ngopibareng.id Kamis 6 Oktober 2022, Komnas HAM yakin kerusuhan tidak ditimbulkan karena suporter yang masuk ke lapangan. Temuan awal itu setelah melakukan pengecekan secara langsung di lapangan.
Sebelumnya, dua suporter turun dari tribune di bawah papan skor usai pertandingan pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya yang berakhir dengan skor 2-3.
Aksi ini kemudian diikuti oleh suporter lain dari tribune yang berbeda. Dari yang awalnya hanya dua orang jadi ratusan. Aksi ini yang ditengarai jadi alasan bagi aparat keamanan meningkatkan tahapan penanganan.
Dari yang awalnya hanya mengamankan beberapa suporter yang masuk, sampai kemudian menembakkan gas air mata.
Kendati begitu, Komisioner Komnas HAM Bidang Pemantauan/Penyelidikan Choirul Anam menegaskan, situasi tidak langsung rusuh saat suporter masuk ke lapangan.
Aremania memberi semangat kepada pemain seusai kalah dari Persebaya Surabaya pada pertandingan.
“Kalau ada yang bilang eskalasi penanganan itu timbul karena suporter merangsek masuk ke dalam lapangan, sampai Rabu sore, 5 Oktober 2022, kami mendapat informasi bahwa tidak begitu kejadiannya,” tuturnya.
Choirul Anam melakukan pengecekan kepada suporter yang turun ke lapangan dan pemain Arema FC.
Dari penelusurannya itu, ia mendapati bahwa tidak ada niat sama sekali dari suporter untuk membuat suasana jadi rusuh.
Sebaliknya, suporter yang awalnya turun ke lapangan itu hanya ingin memberikan semangat kepada para pemain yang baru saja menelan kekalahan.
Hal itu dibuktikan oleh para pemain yang tidak mendapatkan luka atau perlakuan tidak mengenakkan dari suporter.
“Jadi ada constraint (batasan) waktu antara 15 sampai 20 menit pasca-wasit meniup peluit panjang, itu suasana masih terkendali, walaupun banyak suporter yang masuk ke lapangan.,” kata pria berusia 45 tahun.
“Kalau ada yang bilang mereka mau menyerang pemain, kami sudah ketemu dengan para pemain dan para pemain ini bilang tidak ada kekerasan terhadap mereka.”
“Para pemain tidak mendapat ancaman dan caci maki, mereka cuma bilang bahwa suporter memberikan semangat kepada para pemain. Ini pemain yang ngomong begitu ke kami,” ujarnya
Choirul Anam berharap penemuan awal ini bisa jadi gambaran di awal bagi para korban dan masyarakat yang penasaran dengan hal tersebut.
Ia justru mempertanyakan dalih aparat keamanan menembakkan gas air mata ke tribune penonton.
“Pertanyaannya sekarang, kalau dalam 15 sampai 20 menit itu situasinya masih kondusif, apakah diperlukan gas air mata yang membuat semua penonton panik? Harus kalau tata kelola keamanan baik, tidak akan terjadi peristiwa memilukan seperti ini,” ujarnya.
“Jadi ini penting yang untuk meluruskan. Jangan sampai ada lagi yang bilang bahwa tindakan itu gara-gara suporter merangsek ke lapangan dan mengancam pemain, tidak begitu.” katanya.