Komnas HAM Sebut Ribuan Orang Pernah Dipenjara Bupati Langkat
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) masih mendalami total orang yang pernah masuk ke dalam kerangkeng di rumah Bupati nonaktif Langkat Terbit Rencana Perangin Angin. Komnas HAM mendapat informasi ada ribuan orang yang pernah masuk ke kerangkeng tersebut.
"Kalau yang kita dapatkan ratusan, tetapi ada satu video yang menyebut ribuan, makannya nanti kami akan mintai keterangan," ujar Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik, Minggu, 6 Februari 2022.
Damanik menambahkan, Komnas HAM baru menemukan data yang menyebut ratusan orang pernah mendekam di kerangkeng Bupati Langkat. Namun, data itu belum final lantaran kerangkeng manusia itu sudah beroperasi selama 10 tahun.
Komnas HAM bakal mendalami seluruh informasi yang diterima terkait penemuan kerangkeng ini. Pencarian informasi juga dilakukan dengan memeriksa Terbit.
"Mudah-mudahan nanti Senin, 7 Februari 2022, untuk memeriksa saudara TRP (Terbit)," ujar Damanik.
Di samping itu, dalam pencarian informasi Komnas HAM juga telah mencari informasi beberapa korban dan tokoh adat dengan menyamarkan identitas informan. Hal ini karena mayoritas korban tidak mau terbuka dan terkesan takut terhadap ancaman.
Damanik menyebut korban dan tokoh adat lebih terbuka menceritakan temuan kerangkeng manusia di rumah Bupati nonaktif Terbit Rencana Perangin Angin jika dilakukan tertutup.
Korban dan tokoh adat memberikan informasi banyak tentang penyiksaan penghuni kerangkeng saat identitasnya disamarkan.
"Tim kami ketika berbicara dengan mereka lebih tertutup, misalnya mereka menceritakan juga berbagai hal yang tidak muncul di media, praktik-praktik kekerasan, eksploitasi, mempekerjakan orang-orang tanpa sistem, itu juga terjadi," ujarnya.
Damanik mengamini banyak respons positif dari temuan kerangkeng manusia di rumah Terbit. Beberapa kesaksian bahkan mengaku senang dengan pembinaan di kerangkeng itu karena mendapat pekerjaan setelah selesai dikurung.
Namun, Komnas HAM mendapat informasi berbeda dari keterangan tersebut. Informasi ini didapatkan dari pemeriksaan beberapa korban, keluarganya, dan tokoh masyarakat di Langkat.
"Jadi, mereka sebetulnya kalau kita ajak bicara dari hati ke hati, mereka menceritakan apa yang mereka alami. Itu yang kami lihat, ini ada banyak masalah," ujar Damanik.