Komitmen Unair Pertahankan Bangunan Heritage Setelah 100 Tahun
Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) berencana mengembalikan keaslian bangunan gedung Nederlandsche Indische Artsen School (Nias) atau tepatnya gedung aula.
Hal ini diungkapkan Dekan FK Unair, Prof Dr Budi Santoso dalam acara peringatan 100 tahun aula yang dibangun pada zaman Belanda itu.
Untuk diketahui, gedung FK mulanya adalah sebuah sekolah dokter Jawa di Batavia pada 1851. Kemudian lembaga itu direorganisasi menjadi School Tot Opleiding van Indische Artsen (Stovia) dan pada tahun 1923 resmi digunakan sebagai gedung operasional FK Unair.
"Keberadaan pendidikan dokter di Surabaya lebih dulu dibandingkan gedung ini. 1913 ada awal pendidikan dokter di Surabaya, lalu 1923 gedung ini baru dipergunakan," kata Prof Bus sapaan akrabnya, Rabu, 5 Juli 2023.
Untuk mengembalikan keaslian bangunan, pihaknya bekerjasama dengan ITS dan beberapa arsitek yang memiliki konsentrasi pada bangunan heritage.
Menurutnya, sejauh ini bangunan Nias di FK Unair masih asli hanya ada perubahan warna dan pada bagian atap. "Kami tentu selama ini mempertahankan keaslian bangunan, termasuk bekerjasama dengan arsitek dan ITS. Bagian tidak asli mungkin hanya atap dan cat yang setiap tahun kami lakukan," ujarnya ditemui di Aula FK Unair.
Prof Bus menyebut, mengembalikan keaslian bangunan tidak semudah yang dibayangkan, karena foto atau gambar asli dari gedung tersebut sudah tidak ditemukan.
Meski demikian, ia tetap berusaha mengembalikan keaslian bangunan, termasuk warna atau cat dari pintu Aula. "Meski keasliannya bangunan tidak 100 persen, tapi 90 persen iya (bangunan masih asli)," paparnya.
Ditanya mengenai biaya perawatan bangunan heritage ini, pihaknya tidak mengungkapkan secara gamblang, tetapi tak bisa dipungkiri biaya yang dikeluarkan cukup besar.
"Tidak menghitung terperinci pengecatan ada tembok yang kusam, pengecatan daerah depan hampir setahun rata-rata mengelupas. Cukup besar, banyak tapi tidak pernah menghitung secara khusus. Sejauh ini semua perawatan masih menggunakan anggaran dari FK Unair," ujar Prof Bus.
Di samping itu, dalam menjaga bangunan heritage saat ini memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya banjir dikala hujan datang. "Karena sekarang kanan kiri bangunan FK sudah gedung-gedung tinggi, jadi kadang kalau hujan airnya masuk kesini. Memang sulit terkait banjir ini," tambahnya.
Sementara itu, ditemui di tempat yang sama Freddy H Istanto, Founder Surabaya Heritage Society mengungkapkan, menjaga keaslian bangunan heritage penting dilakukan sebagai bentuk usaha mempertahankan sejarah.
"Meski saya tahu kalau dikembalikan ke asli suasana akan beda, suasanya akan gelap karena bangunan dulu identik dengan pelitur. Tapi zaman dulu memang seperti itu, justru kalau diganti blink-blink hilang sejarahnya," tandasnya.
Advertisement