Komitmen Dukung Palestina Merdeka
Dua puluh tujuh hari sebelum roket pertama ditembakkan dari Gaza, hari pertama bulan Ramadan itu, sekelompok pasukan polisi Israel memasuki Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, menyuruh petugas yang merupakan warga Palestina minggir dan berjalan melintasi halaman batu kapurnya yang luas.
Lalu mereka mencabut kabel pengeras suara yang menyiarkan azan dari empat menara masjid. Itu terjadi pada 13 April 2021, hari pertama bulan suci Ramadan. Itu juga merupakan Hari Peringatan di Israel, untuk menghormati mereka yang berjuang membela negaranya. Presiden Israel sedang berpidato di Tembok Ratapan, situs suci Yahudi yang terletak di bawah masjid, dan pejabat Israel khawatir azan akan menenggelamkan suara pidato Presiden Reuven Rivlin.
Insiden itu dibenarkan enam pengurus masjid, tiga saksi mata. Polisi Israel tak mau berkomentar. Insiden itu hampir tidak diketahui oleh dunia luar.
Tapi melongok ke belakang, penggerebekan polisi Israel di Al-Aqsa, salah satu situs tersuci Islam, satu dari beberapa tindakan yang menyebabkan, kurang dari satu bulan kemudian, berlanjutnya perang antara Israel dan Hamas, organisasi yang menguasai Jalur Gaza, dan kekerasan sipil antara Arab dan Yahudi di seluruh Israel.
“Ini adalah titik baliknya,” kata imam besar Yerusalem, Sheikh Ekrima Sabri, dikutip The New York Times, ketika itu. “Tindakan mereka menyebabkan situasi memburuk.”
Situasi semakin memburuk, meluas dan berlangsung cepat daripada yang dibayangkan siapa pun. Ini menyebabkan kekerasan terburuk antara Israel dan Palestina dalam beberapa tahun terakhir - tidak hanya dalam konflik dengan Hamas, yang telah menewaskan sedikitnya 145 orang di Gaza dan 12 di Israel, tetapi dalam gelombang serangan massa di kota-kota campuran Arab-Yahudi di Israel.
Ini juga menjadi pemicu kerusuhan di kota-kota di seluruh Tepi Barat yang diduduki, tempat pasukan Israel membunuh 11 warga Palestina pada Jumat. Roket ditembakkan ke Israel dari sebuah kamp pengungsi Palestina di Lebanon, mendorong orang-orang Yordania untuk berbaris menuju Israel sebagai bentuk protes, dan memimpin pengunjuk rasa Lebanon melintasi perbatasan selatan mereka dengan Israel.
Situasi yang memanas itu, belakangan masih kerap terjadi. Syukurlah, pada awal memasuki Ramadan 2023, kondisi Palestina terasa teduh. Tak ada gejolak. Juga insiden yang dipicu Israel di kota suci Yerusalem, khususnya di kompleks Masjid al-Aqsa.
Peran Indonesia
Peran Indonesia di pentas dunia cukup signikan dalam ikhtiar mengambil langkah-langkah demi perdamaian dunia. Sebagai bagian diplomasi terkini, pelbagai forum, baik regional di ASEAN maupun dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI), Indonesia tak henti menyuarakan problematika yang dihadapi dunia dan menunjukkan komitmennya pada arah perjuangan pemajuan perempuan, di antaranya. Juga berkait dengan kemerdekaan Palestina, yang belakangan terus diusik oleh Israel.
Komitmen Indonesia ini, merupakan akar dari perjuangan para Pendiri Bangsa sejak sebelum Indonesia merdeka, hingga kini tak tergoyahkan dalam terwujudnya Palestina sebagai sebuah merdeka merdeka.
Terkini, Pemerintah Indonesia mendorong Organisasi Konferensi Islam (OKI) agar menjadi organisasi yang bersatu, adaptif dan bermanfaat bagi Umat dan dunia. OKI harus terus memperkuat kesatuan, solidaritas dan spirit kolaborasi dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi oleh Umat dan dunia saat ini.
Patut dicatat peran Direktur Kerja Sama Multilateral Duta Besar Tri Tharyat, mewakili Menlu RI, dalam Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-49 OKI di Nouakchott, Mauritania, pada 16-17 Maret 2023.
Empat Pesan Utama
Terdapat empat pesan utama yang disampaikan Indonesia dalam pertemuan itu. Pertama, mengenai pemajuan hak-hak perempuan. Islam sangat mengormati dan menjunjung tinggi hak-hak perempuan. Kontribusi perempuan dalam dunia Islam juga sangat nyata. Indonesia mendorong agar OKI menjadikan isu hak-hak perempuan sebagai salah satu agenda yang menjadi perhatian utama.
OKI harus berada di garda terdepan dalam mendorong pemajuan hak-hak perempuan dalam Islam.
Kedua, OKI harus memainkan peran yang lebih besar dalam mengatasi situasi di Afghanistan. Indonesia mendorong agar OKI mendesak Pemerintah Taliban untuk membatalkan kebijakan yang membatasi hak-hak perempuan, termasuk dalam bidang pendidikan. Indonesia juga menyampaikan kesiapan Indonesia untuk berpartisipasi dalam kunjungan ulama negara-negara anggota OKI ke Afghanistan.
Komitmen Indonesia, sebagaimana dilansir laman kemlu.go.id, dalam mendorong pemajuan hak-hak perempuan di Afghanistan sangat jelas. Pada bulan Desember 2022, Indonesia bersama Qatar menyelenggarakan Konferensi Internasional mengenai Pendidikan bagi Perempuan Afghanistan yang berhasil mengumpulkan komitmen bantuan internasional untuk sektor pendidikan dan kesehatan di Afghanistan.
Pesan ketiga yang disampaikan Indonesia adalah mengenai dukungan terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina. Di tengah kesewenang-wenangan penjajahan Israel, Indonesia tegaskan pentingnya OKI untuk bersatu dan lakukan langkah konkrit untuk dukung Palestina. Hal ini termasuk melalui dukungan terhadap permintaan pendapat hukum (Advisory Opinion) dari Mahkamah Internasional (ICJ) serta dorongan terhadap proses perdamaian.
Hal terakhir yang disampaikan oleh Indonesia adalah pentingnya OKI perkuat kerja sama konkrit dalam bidang pembangunan. Hal ini terutama agar OKI dapat memberikan manfaat nyata bagi kesejahteraan umat.
Beberapa bidang kerja sama yang diusulkan Indonesia antara lain dalam pengembangan vaksin, kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan industri halal. Indonesia juga mendorong kolaborasi OKI dengan berbagai pihak, termasuk dengan Pusat Kerja Sama Selatan-Selatan yang berkedudukan di Jakarta.
OKI dibentuk tahun 1967 untuk meningkatkan solidaritas Islam serta menjadi wadah kerja sama di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ilmu pengetahuan. OKI beranggotakan 57 negara Islam atau berpenduduk mayoritas muslim di kawasan Asia dan Afrika.
Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia senantiasa memainkan peran aktif dalam mendorong kiprah dan kerja sama OKI.
Demikianlah peran Indonesia di panggung diplomasi dunia sebagai bagian dari amanat UUD 1945 dalam menjaga perdamaian dunia.