Komisioning Pilot Plant BPPT - PT Garam Untuk Tekan Impor Garam
Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengatakan, peresmian pilot project garam industri hasil kerja sama PT Garam dengan BPPT dapat mengurangi ketergantungan pada impor.
Dengan pertimbangan itu menteri mengapresiasi kerjasama inovatif PT Garam dan BPPT, yang terus melakukan terobosan-terobosan dalam membangun peralatan produksi garam industri dengan sistem terintegrasi. Dilengkapi dengan teknologi yang mampu meningkatkan kualitas produk garam lokal dari NaCl 88 persen menjadi garam industri dengan NaCl 98 persen.
Menristek Bambang mengharapkan produk inovasi PT Garam dan BPPT ini akan mensubstitusi impor garam di masa depan. Karena pelaku industri di Indonesia yang membutuhkan, dapat membeli garam industri yang dihasilkan anak bangsa, karena kualitasnya sama dengan garam industri.
Komisioning pilot project(KPP) garam industri merupakan tanda dimulainyai integrasi peralatan produksi garam, yang dilengkapi teknologi terkini dan mampu meningkatkan kualitas produk garam lokal dari NaCl 88 persen menjadi garam industri dengan NaCl 98 persen.
Menteri Bambang Brodjonegoro menyadari bahwa saat ini kebutuhan garam seolah-olah sering dibenturkan antara impor garam untuk kebutuhan industri dan nasib para petani garam.
"Benturan tersebut, jangan diartikan seolah-olah pemerintah tidak berpihak pada petani garam karena melakukan impor garam," kata Menristek, dalam siaran pers Sabtu 21 Desember 2019
Pendapat itu dikatakan tidak benar, karena Pemerintah RI selalu hadir di tengah rakyat, dan dengan diresmikannya Komisioning Pilot Proyek PT Garam 40.000 ton per tahun, merupakan salah satu jawabannya
Dalam kunjungannya ke PT Garam, Menristek/Ka.BRIN Bambang Brodjonegoro melihat langsung kinerja mesin pengolahan garam industri, yang mampu menghasilkan 40 ribu ton pertahun yang digagas oleh PT Garam dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Selama ini garam industri lebih banyak didatangkan dari luar negeri karena garam rakyat yang dihasilkan petani kadar natrium chloride (NaCl) hanya 88 persen. Padahal, untuk garam industri kandungan NaCl nya harus meningkat minimal sampai 98 persen.
"Karena kadarnya tidak mencukupi untuk garam industri, maka harga garam rakyat jatuh," ujar Bambang.
"Sementara dalam waktu bersamaan garam impor juga beredar di lapangan. Hal ini tentu saja dapat memicu terjadinya persoalan sosial, jika tidak dibereskan," ujar Menteri Bambang.
Sementara itu, Kepala BPPT Hammam Riza menjelaskan, teknologi dan inovasi yang dirancang oleh generasi muda BPPT dan PT Garam tersebut, merupakan inovasi teknologi untuk membantu petani garam dalam meningkatkan added value (nilai tambah) dan kualitas produk garam industri lokal, guna meningkatkan daya saing bangsa.
Budi Sasongko Direktur Utama PT Garam menceritakan kronologis upayanya menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). PT Garam dengan menerapkan Litbangjirap (Penelitian Pengembangan Pengkajian dan Penerapan), mampu memproduksi garam industri 40.000 ton per tahun.
PT Garam Persero dikatakan tak pernah berhenti berinovasi untuk meningkatkan kebutuhan garam industri nasional. Mengingat kebutuhan garam di Indonesia saat ini masih tergantung pada impor. Setiap tahunnya mencapai sekitar 3,7 juta ton.
Advertisement