Kombinasi Budaya Lampung-Sumba Tersaji di F8
Perhelatan Makassar International Eight Festival and Forum 2018 atau F8, menjadi ajang untuk memperlihatkan kekayaan budaya Indonesia. Ini dibuktikan Desainer kondang Itang Yunasz. Ramuan budaya Lampung dan Sumba Nusa Tenggara Timur, menjadi inspirasinya.
“Saya terinspirasi budaya Lampung. Ada banyak motif yang dimiliki wilayah ini. Motif-motif ini lalu saya kombinasikan dengan kekuatan Sumba. Motif Sumba ini sangat cantik dan halus. Ini semua adalah warisan leluhur yang harus dilestarikan. Caranya? Diaplikasikan di dalam sebuah buasana,” ungkapnya.
Memakai label Ready to Wear, Itang menampilkan 16 karyanya di Panggung. Ornamen Lampung terasa kental dengan pilihan warna yang dihadirkan. Busana warna coklat kemerahan terlihat dominan. Semua dihadirkan dalam teknik print. Lampung sendiri memiliki banyak motif. Ada Tapis, Batik Silabi, Mesuji, Sulam Usus, hingga Tapis Sulam Wol.
“Saya memang sedang fokus terhadap motif-motif Lampung. Sebab, unik dan eksotis. Teknik print ini ideal untuk menjawab kerumitan. Sebab, bahan Tapis Lampung umumnya tebal dan kaku. Tapi, untuk industri, saya tetap menampilkan bahan Tapis asli. Harganya tinggi. Kalau memakai teknik print, harga menjadi lebih terjangkau,” terang Itang lagi.
Kekayaan Lampung semakin disempurnakan dengan motif Sumba. Hasilnya, busana karya Itang pun makin bercerita tentang kekayaan tradisi nusantara. Ditampilkan dalam busana wanita, ada beragam jenis kain yang digunakan. Diantaranya, sutera, chiffon, poly-satin, satin crepe, satin twill, linen, taffeta, dan lace. Konsepnya berupa potongan blus, tunik, gaun, celana palazzo, kaftan, dan outer.
Itang juga menambahkan beragam ornamen. Antara lain berupa detail ruffles, draperi, taburan beads, hingga rangkaian kerang khas Lampung. Setiap helai dipadukan secara berlapis. Nuansa mewah dihadirkan melalui harmoni gradasi warna.
Itang mengaku karyanya disiapkan secara khusus untuk F8. “Untuk F8, persiapan kami sangat matang. Kami harus memberikan kesan terbaik kepada pengunjung festival ini,” tegasnya.
Selain Itang Yunasz, ditampilkan juga karya Mahdalia Makkulau (Indonesia Fashion Chamber) dan Hilda Ali Genda (APPMI Sulawesi Selatan). Ada juga karya Sita Darwis, Lily Gunawan, dan Lutfiani Yusuf.
“Sesuai dengan filosofi F8, maka Fashion adalah bagian materi utama dalam festival ini. Fashion yang ditampilkan semuanya bagus. Karakternya kuat dengan konsep beragam. Rata-rata mengadopsi unsur budaya di tanah air. Ini luar biasa, apalagi industri fashion menjanjikan,” jelas Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Esthy Reko Astuty.
Sedangkan Asisten Deputi Bidang Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata Ricky Fauzi mengatakan, fashion memang mendapat porsi besar di F8. Terdapat sekitar 20 booth khusus untuk Fashion.
Untuk menguatkan para fashion, khusus closing ceremony, Minggu (14/10), giliran karya Ivan Gunawan dan Dada Gaya yang akan tampil.
“Keberadaan Fashion dalam F8 ini sangat positif. Sebab, panggung F8 menjadi media terbaik branding. Festival ini selalu dibanjiri pengunjung di setiap malamnya. Jumlahnya ratusan ribu orang. Kami tentu berharap, industri fashion di Makassar dan sekitarnya akan terus berkembang setelah event ini,” tutur Ricky Fauzi.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun melayangkan pujiannya. Menteri yang sukses membawa Kemenpar No. 1 dan terpilih sebagai #TheBestMinistryTourism2018 se-Asia Pasifik di Bangkok mengatakan, panggung Fashion Show F8 membagikan pengetahuan pada para pengunjungnya.
“Fashion F8 ini luar biasa. Ada banyak pengetahuan dan inspirasi baru yang didapatkan pengunjung. Mereka bisa belajar banyak bagaimana menghasilkan busana berkualitas. Bukan hanya desain atau motif yang ditawarkan, tapi juga harganya,” tutupnya. (*)