Kolak Mangga Besar Jakarta, Pembeli Rela Antre hingga Berjam jam
Makanan kolak kerap menjadi menu takjil terfavorit untuk berbuka puasa. Hampir setiap penjual takjil selalu menyediakan kolak dalam kemasan.
Di Jakarta, tepatnya di Kawasan Mangga Besar Jakarta Barat terdapat penjual kolak di atas gerobak, pembelinya membeludak. Bahkan pembelinya rela antre sampai berjam jamm. Selain rasanya enak juga menggunakan bahan berkualitas, tidak asal asalan.
Kolak gerobak ini buka mulai pukul 16.00 WIB, tetapi sejak pukul 14.30 WIB sudah ditunggui calon pembeli. Mereka membuat antrean yang cukup Panjang, mengular hingga ke badan jalan. Lokasinya pun dekat dengan kolong jembatan kereta Mangga Besar.
"Berjualan kolak ini mulai tahun 90-an. Perintisnya nenek saya, kemudian turun ke bibi, baru ke saya. Jadi turun-temurun," kata pewaris kolak gerobak yang biasa dipanggil Pak Tri.
Kalau di luar bulan puasa, ia berjualan es doger, tutur Tri, saat ditemui ngopibareng.id Kamis 28 Maret 2024. Karena sibuknya melayani pembeli hampir tidak ada waktu untuk bicara lebih lama.
Tri meneruskan jualan kolak spesial Ramadan, sejak tahun 2021 silam. Namun kala itu tak seheboh tahun ini. "Sekarang sehari bisa jual 400-500 porsi," kata Tri. harganya pun cukup terjangkau, yaitu Rp18.000 per bungkus.
Kata Tri, lantaran heboh di Medsos, ada beberapa artis yang mampir ingin membeli kolaknya. Tahu kalau ada artis yang membeli, lalu dari beberapa pembeli yang berebut foto bersama.
Tri mengatakan yang membuat kolaknya menjadi istimewa hingga laris diburu pembeli lantaran banyaknya varian yang disiapkan.
Ia mengatakan, sudah mulai membuat kolak sejak Subuh dengan dibantu beberapa anggota keluarganya. "Kita di sini banyak variannya, ada pisang, biji salak, ubi, singkong, labu, kolang kaling, pacar cina, tape, sagu rangi," katanya.
Setiap hari menghabiskan enam baskom, itu pun masih banyak pembeli yang tidak kebagian.
Sejumlah pembeli menilai kelebihan kolak Pak Tri tersebut, selain, enak kombinasi isinya banyak. "Kalau di tempat lain hanya dua tiga macam, tapi di sini ada sembilan macam," ujar Bu Dian yang juga ikut antre dengan sabar.
Beberapa meter dari tempatnya berjualan juga ada Ibu-Ibu yang berjualan kolak, tapi yang diserbu pembeli tetap kolaknya. Tri bersyukur, ia menganggap ini rezeki dan berkah bulan Ramadan.
Diabetes Batasi Makan Kolak
Kolak kini hadir dengan isian yang lebih variatif, sehingga memiliki beragam jenis karbohidrat. Seperti pisang, ubi, dan kolang-kaling yang sulit diserap nutrisinya oleh tubuh.
Kuah yang terbuat dari santan dan gula merupakan sumber kalori yang paling tinggi dari semangkuk kolak.
Oleh karena itu, kolak sebaiknya dihindari oleh mereka yang menderita penyakit obesitas dan diabetes.
"Dihindari untuk mereka yang menderita berbagai penyakit seperti obesitas itu dianjurkan menghindari kolak karena kalori tinggi, juga penderita diabetes tipe 2," ujar dokter gizi Inge Permadhi.
Makan kolak, kata dia, sebaiknya dikurangi porsi kuahnya. Pasalnya santan di dalam kolak jika dikonsumsi berlebih akan meningkatkan kolesterol jahat dalam tubuh.
Santan juga mengandung lemak tak jenuh yang dapat memicu asam lambung naik.
Kolak juga sebaiknya dihindari oleh orang-orang yang memiliki masalah pada trigliserida dan penderita asam urat tinggi, serta penderita obesitas.
"Orang dengan komposisi lemak dalam tubuhnya sudah banyak itu ditambah kolak, terus tidak mau bergerak [tidak berolahraga], tumpukan lemaknya akan semakin banyak," kata dokter Inge dalam sebuah artikel yang ia tulis pada tahun 2023 lalu.
Karena itu penting, kata dia, untuk memperhatikan porsi makan dan aktivitas harian selama berpuasa. Aktivitas puasa penting juga untuk dibarengi dengan olahraga rutin agar tubuh tetap sehat.
Jadi, siapa yang dibatasi makan kolak? Jawabannya alah penderita diabetes, obesitas, pemilik masalah pada trigliserida, dan penderita asam urat tinggi.