Kolaborasi 3 Negara, Potret Kehidupan Masyarakat Bromo
Sebanyak 12 mahasiswa asal Indonesia, Jerman, Prancis dan Jerman telah selesai mengikuti program residendi fotografi di kawasan Bromo Tengger, Probolinggo, Jawa Timur.
Program ini merupakan rangkaian dari program 'Photography and New Media Education For Youth Empowerment' yang diinisiasi oleh Institut Francais Indonesia (IFI) Surabaya, Wisma Jerman dan Unair.
Hasil foto para peserta dibahas dalam sebuah seminar internasional yang menghadirkan narasumber dari berbagai negara, seperti Singapura dan Australia. Seminar ini dilakukan pada tanggal 14-15 September 2023 di Gedung ASEEC, kampus B Unair.
Salah satu peserta asal padepokan fotografi Bromo, Romlih mengatakan, banyak menemukan moment kehidupan masyarakat Bromo.
"Saya mengambil tema hubungan spiritual masyarakat dengan Gunung Bromo. Beberapa gambar yang saya ambil terkait ritual dan kehidupan sehari-hari masyarakat Tengger. Tentunya dengan potret ini kami mengetahui bahwa Bromo bukan hanya sekedar sunrise dan sunset," papar Romlih.
Sementara itu, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair Irfan Wahyudi mengungkapkan, acara seminar kali ini adalah bagian akhir dari kegiatan fotografi yang digelar Unair bersama IFI dan Wisma Jerman.
"Ada 12 orang melakukan riset dan pemotretan dari objek-objek yang mereka temui di sana, bahkan ada peserta yang sampai Pandaan untuk menemukan objek menarik. Hari ini mereka presentasi di Cologium atau seminar dengan fotografi profesional dari berbagai negara," ungkapnya.
Ia berharap acara ini dapat menjadi ajang pembelajaran visual yang baik, bagi para mahasiswa atau fotografer muda.
Hal senada juga disampaikan Direktur Wisma Jerman Mike Neuber. "Wisma Jerman memberikan kontribusi mengenai edukasi dibidang visual karena menghadapi beberapa tantangan," ujar Mike.
Diketahui, hari pertama seminar Internasional membahas tentang Territory Identity and the Politics of Representation menghadirkan tiga pembicara yaitu, Zhuang Wubin (Singapura), Prof Panizza Allmark (Australia), dan Oscar Motuloh (Indonesia).
Sesi tersebut kemudian dilanjutkan dengan diskusi panel untuk profesional bertajuk Visasal Integrity (Politics of Representation, Ethics, Othering Selain Prof Panizza Allmark, dan Oscar Motaloh, turut hadir beberapa pembicara lainnya, seperti Jerome Jebel (Prance), Gaia Squarci (Italia), dan Tadas Kazakevičius (Lithuania) pada sesi diskusi tersebut.
Sementara itu, pada hari kedua, topik diskusi fokus pada eksistensi fotografi di era digital. Sesi pertama dengan tema utama "Use of Imagery in New Media hadir dua pembicara Dr Zak: Habibi (Indonesia) dan Gaia Squarci (Italia).
Sedangkan di sesi dua, diskusi panel mengangkat topik Visual Integrity in the Digital Era (Gender Culture, Ethics, and Identity) bersama tiga pembicara. Tadas Kazakevičius (Lithuania), Heinrich Holtgreve (Jerman), Irfan Wahyudi, Ph.D (Indonesia).
Sebagai ilmiah yang mempertemukan para praktisi maupun akademisi di bidang fotografi, international colloquium ini diharapkan menjadi ajang untuk berdiskusi sekaligus membangun relasi mengingat para pembicara berasal dari berbagai negara baik Eropa, Indonesia dan juga Asia Pasifik (negara ASEAN dan Australia).
Selain itu, topik-topik yang diangkat sepanjang acara mampu memberikan wawasan dan pengetahuan bagi para peserta tentang kebaruan dan perkembangan di dunia fotografi masa kini.