Koboi-koboi Italia dan Donnarumma
Oleh: Andi Mallarangeng
Koboi-koboi Italia beraksi lagi. Mereka menyerang bertubi-tubi, menekan, dan menang. Kalau pun bertahan, mereka melakukan pressure di daerah lawan, sampai di depan kotak penalti. Begitu ada kesempatan, mereka menembak. Kali ini korbannya adalah Spanyol.
Padahal, Spanyol adalah tim yang tangguh. Mereka merajai dunia persepakbolaan satu dekade yang lalu: Juara Eropa 2008, Juara Dunia 2010, dan Juara Eropa lagi tahun 2012. Sayangnya, Spanyol kurang berhasil mempersiapkan pemain-pemain pelapis generasi emas Spanyol itu.
Sebaliknya, Italia mampu mengombinasikan pemain-pemain muda dan senior secara pas. Kapten tim Chiellini (36 tahun) adalah senior yang disegani, bersama Immobile (31) dan Insigne (30) yang menjadi inspirator serangan. Sementara yang muda-muda, Barella (24), Chiesa (23), Locatelli (23) yang menjadi sumber energi dan pendobrak didampingi pemain-pemain jembatan seperti Jorginho (29), Verratti (28), dan Belotti (27), yang tidak kalah tajamnya. Pelatih Mancini berhasil meramunya dengan baik menjadi satu tim yang solid.
Dan jangan lupa, sepakbola menyerang harus dibarengi pertahanan yang kuat. Italia beruntung mempunyai kiper muda tapi sarat pengalaman, Donnarumma (22). Semalam, dengan tenang dia menepis penalti dari Alvaro Morata, pemain unggulan Spanyol, yang membawa Italia menang adu penalti 4-2.
Dalam pertandingan sistem gugur seperti ini, adu penalti adalah kemungkinan yang harus diantisipasi. Setiap tim harus mempersiapkan penembak-penembak jitu yang siap mental dan juga kiper yang handal di bawah mistar gawang. Dan Italia punya keduanya.
Siapa yang akan berhadapan dengan Italia di final? Kita lihat dini hari nanti. Tapi rasanya akan lebih ramai kalau Italia berhadapan dengan Inggris. Dua tim yang memainkan sepakbola modern yang menyerang. Tapi tentu saja Inggris harus melewati Denmark terlebih dahulu.