Klenteng Terbakar, Sembahyang Waisak Tak Digelar
Minggu, 19 Mei 2019 hari ini pemeluk Budda sebenarnya bermaksud menggelar persembahyangan Waisak di Tempat Ibadat Tri Darma (TITD) atau popular dengan sebutan Klenteng Sumber Naga, Kota Probolinggo.
Tetapi karena Klenteng Sumber Naga terbakar habis, Jumat malam hingga Sabtu dini hari lalu, persembahyangan itu tidak jadi digelar.
Hal itu diungkapkan, Ketua Tempat Ibadah Tri Dharma (TTID), Adi Sutanto Saputra, Minggu, 19 Mei 2019. Dikatakan pasca kebakaran, klenteng belum memenuhi syarat sebagai tempat persembahyangan.
“Karena itu, lebih baik persembahyangan Waisak untuk tahun ini di klenteng ditiadakan,” ujarnya. Memang ada beberapa jemaat yang mendesak agar digelar doa bersama di halaman klenteng.
Pasca kebakaran, polisi memang memasang garis polisi mengelilingi bangunan cagar budaya itu. Polresta Probolinggo masih menunggu Tim Laboratoriun Forensik (Labfor) Mabes Polri Cabang Surabaya untuk menyelidi penyebab kebakaran klenteng tersebut.
Karena klenteng masih tertutup untuk peribadatan, Adi mengatakan, silakan saja persembahyangan Waisak digelar di tempat lain. “Silakan menggelar persembahyangan Waisak di tempat lain yang memungkinkan,” ujarnya.
Disinggung kerugian material akibat kebakaran klenteng, Adi mengatakan, di atas Rp 1 miliar. Selain bangunan klenteng, sejumlah patung dewa juga terbakar. “Ada tiga patung dewa yang terbakar yakni, Dewa Bumi, Dewa Langit, dan Patung Macan. Sementara Tang Kho Jin Cin, Dewa Tuan Rumah, selamat,” ujar pengusaha beras itu.
Segera Direnovasi
Pasca terbakarnya klenteng, pengurus TITD Sumber Naga mengaku, akan merenovasi bangunan di Jalan WR Soepratman, Kota Probolinggo itu. Renovasi untuk mengembalikan ke bentuk klenteng yang asli itu diperkirakan menelan dana Rp 2-3 miliar.
"Semua biaya untuk renovasi ini diperkirakan menelan dana Rp 2-3 miliar,” kata Adi Sutanto Saputra. Yang jelas, pengurus akan berkoordinasi dengan para jemaat yang berunsur penganut Konghucu, Budda, dan Taoisme.
Bangunan tembok masih terlihat utuh pasca kebarakan. Sedangkan yang berbahan kayu ludes terbakar. “Nanti semua bahan bangunan yang berasal dari kayu diganti,” ujar Adi.
Dikatakan jemaat yang aktif beribadat di Klenteng Sumbernaga sekitar 400 orang. “Klenteng Sumber Naga merupakan bangunan tua yang berusia 150 tahun lebih,” ujarnya.
Ketua II Klenteng Sumber Naga, Erfan Sujianto mengatakan, tidak ada yang tahu secara pasti usia Kelenteng Sumber Naga. Hanya terdapat catatan, klenteng sempat direhab pada tahun 1865. Pada tahun 1865, Kong CoTan Hi Jin sebagai Dewa sesembahan utamanya.
Kelenteng ini sebenarnya bernama Liong Tjwan Bio, yang berarti Kelenteng Sumber Naga. Penggunaan nama dalam bahasa Indonesia itu diberlakukan sejak masa Pemerintahan Orde Baru.
Sementara itu Ketua DPRD Kota Probolinggo, Agus Rudianto Ghofur mengaku, sedih dengan terbakarnya Klenteng Sumber Naga. “Selaian sebagai tempat ibadah, klenteng ini merupakan bangunan cagar budaya,” ujarnya. (isa)
Advertisement