Klaster Filantropi Inisiatif Warga Bantu Pemerintah Tangani Covid
Pandemi Covid-19 membutuhkan sumber daya yang tak sedikit di sektor Kesehatan. Walau pemerintah telah mengeluarkan dana kebencanaan dari APBN dan APBD untuk mendanai program pencegahan dan perawatan Covid-19, intervensinya dinilai belum cukup lantaran sifatnya yang kaku dan lambat, dalam mengatasi kondisi di lapangan yang berbeda. Klaster Filantropi Kesehatan muncul untuk melengkapi pemerintah, dalam menangani Covid-19 di masyarakat.
“Dengan semangat gotong-royong dan solidaritas yang meningkat di masyarakat pada masa pandemi Covid-19, filantropi memiliki peran karena sifat aksinya yang fleksibel dan cepat.” kata Profesor Laksono Trisnantoro, Ketua Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, (PKMK FKKMK UGM), dalam siaran pers kepada Ngopibareng.id, Rabu 12 November 2020.
Sementara Trihadi Saptoadi, Direktur Eksekutif Yayasan Tahija, sekaligus koordinator Klaster Filantropi Kesehatan, meyakini bahwa dibentuknya klister Kesehatan di Perhimpunan Filantropi Indonesia akan meningkatkan kerja sama dan kontribusi filantropi dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
“Di klaster ini kita bisa menggalang sumber daya dan dana masyarakat terutama para filantropis untuk membuat perubahan yang lebih baik, dan bersama-sama menawarkan solusi yang inovatif di sektor Kesehatan,” katanya. Klaster juga berkontribusi nyata ke tujuan, target dan indikator SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang berkaitan dengan sektor kesehatan.
Sedangkan, mantan Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, yang tampil sebagai pembicara utama di peluncuran klaster itu, memberikan saran mengenai beberapa fokus isu dan garapan klister filantropi Kesehatan.
Menurutnya, peran dan kontribusi filantropi akan optimal jika bisa diarahkan untuk membantu mengatasi ketimpangan kondisi dan derajat Kesehatan antar daerah, khususnya kesehatan ibu dan anak, penyakit TBC, AIDS dan malaria/DBD.
Filantropi juga perlu mendukung kesenjangan antara harapan hidup (HH) dan harapan hidup sehat (HHH) yang akan menghasilkan lansia yang tidak sehat.
Menurutnya, Filantropi juga akan efektif perannya jika diarahkan untuk mendukung masyarakat dalam promosi hidup sehat dan deteksi dini. “Mengedukasi masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri. “Pendekatan ini bisa jadi yang paling efektif dalam mencapai Indonesia sehat. Upaya itu bisa dilakukan secara kongkrit dengan mengoptimalkan dan memandirikan Posyandu dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat,” katanya.
Filantropi juga bisa mendukung peningkatan kapasitas SDM layanan Kesehatan primer, membantu melakukan kajian dan penelitian. Yang lebih penting lagi, filantropi juga perlu membantu penanganan Covid-19 karena pandemi ini tidak hanya berpengaruh pada sektor Kesehatan, tapi juga seluruh sendi kehidupan masyarakat di Indonesia.
“Kalau bicara tentang gerakan Kesehatan masyarakat, kita tidak bisa menggantungkan pendanaan untuk program-program itu dari dari pemerintah, tapi perlu menggerakkan inisiatif dan dukungan masyarakat melalui filantropi,” imbuhnya.
Sebelumnya, Filantropi Indonesia bekerja sama dengan PKMK FK-KMK UGM dan Tahija Foundation meluncurkan Klaster Filantropi Kesehatan, pada 12 November 2020, bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional.
Gerakan kesehatan dari masyarakat ini didukung, didanai dan dikelola oleh lembaga-lembaga filantropi di Indonesia. Pembentukan Klaster ini juga diharapkan bisa membantu mengatasi dampak Kesehatan yang muncul akibat pandemi Covid-19 di Indonesia.
“Klaster Filantropi Kesehatan ini diharapkan bisa menjadi forum bersama bagi Lembaga filantropi untuk andil dalam Indonesia Sehat melalui kegiatan riset, berbagi informasi, meningkatkan kapasitas, melakukan advokasi kebijakan, serta mengembangkan kolaborasi dengan sektor lainnya,” kata Hamid Abidin, Direktur Filantropi Indonesia.
#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan
#cucitangandengansabun