Polemik 'Syarwan Hamid Marah Besar' Begini Ceritanya
Berita tentang 'Syarwan Marah Besar' sempat viral di media sosial beberapa waktu yang lalu. Dalam akun yang mengaku sebagai Syarwan Hamid tersebut menyatakan kegelisahannya atas sikap pemimpin negara ini yang tidak mengambil tindakan apa pun atas masuknya tenaga kerja asal Cina tersebut.
Lebih parah, akun itu menyebut jika masuknya tenaga kerja Cina tersebut bukan hanya dilihat sebatas sebagai tenaga kerja, namun dalam postingan itu menyebut jika para tenaga kerja Cina tersebut berkualifikasi sebagai paramiliter. Mereka terbanyak berada di Indonesia Timur.
Dalam postingan itu menyatakan "Anda semua telah membuka pintu Republik ini lebar-lebar untuk dimasuki oleh anasir Cina. Jangan naif menganggap mereka hanya sekedar buruh. Sebelum ada jawaban yg masuk akal, maaf Saya menilai Presiden dan jajarannya berpotensi jadi pengkhianat bangsa atau bisakah itu dianggap kecerobohan?".
Sayangnya, postingan yang sempat menjadi viral di media sosial ini tak bisa terkonfirmasi apakah benar memang berasal akun milik Syarwan Hamid. Redaksi ngopibareng.id sudah mencoba mengonfirmasi masalah ini kepada Syarwan Hamid. Namun, hingga kini belum ada jawaban.
Isu soal masuknya tenaga kerja Cina yang diduga sebagai paramiliter, sebenarnya bukan kali ini saja. Sebelumnya, Ferdinand Hutahaean juga pernah mengeluarkan pernyataan yang sama sekitar akihir tahun 2016 yang lalu. Ferdinand pernah menyatakan, "Kepentingan pengusaha telah mengalahkan kepentingan negara, dominasi kapitalisme dan jiwa neolib menaungi rejim ini, maka tidak heran dibawah rejim Jokowi bangsa ini semakin kehilangan keIndonesiaannya, kehilangan jati dirinya. Jangan-jangan mereka tenaga kerja Cina itu bukan buruh tapi tentara dan intelijen yang disusupkan dalam rangka invasi dan imperialisme Cina kepada Indonesia. Jangan-jangan!,"
Ferdinand Hutahaean dulu adalah relawan Jokowi, tapi sekarang sudah 'meloncat' jadi Kepala Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat (PD). Dia juga yang melakukan aksi walk out ketika Presiden Jokowi pidato di Rapimnas Partai Demokrat pada Sabtu 10 Maret 2018 lalu.
Pernyataan soal membanjirnya tenaga kerja asal Cina ini sebenarnya juga sudah dibantah oleh pejabat negeri ini mulai Menteri Tenaga Kerja, Hanif Dhakiri hingga Gatot Nurmantyo yang saat itu masih menjabat sebagai Panglima TNI.
“Isu tentang tenaga kerja asing asal China 10 juta itu hoax. Presiden mengatakan, dari Tiongkok itu hanya 21 ribu, sangat kecil sekali,” kata Gatot saat menjadi pembicara pada seminar bertajuk ‘Meruwat Indonesia, Merawat NKRI’ di Kantor PP Muhammadiyah, Rabu 28 Desember 2016 lalu.
Ada juga analisis yang lebih mendalam soal kehadiran tenaga kerja asal Cina ini. Analisis itu dibuat oleh Hafiq Wijanarko, Anggota Forum Anti Fitnah Hasut dan Hoax (FAFHH), di Fanpage Facebook FAFHH. Tulisan lengkap bisa disimak di https://bit.ly/2H5xpE1
Hafiq Wijanarko, intinya membuat analisis jika banyaknya tenaga kerja asal Cina yang masuk di Indonesia tak lepas dari investasi Cina yang juga banyak masuk di negeri ini. Ambil contoh, proyek listrik 35 GW yang harus terbangun dalam 5 tahun. Dalam proyek ini, pemerintah menggandeng investor asal Cina. Begitu juga dengan pembangunan pabrik pupuk urea oleh Petrokimia. Perusahaan itu meminta PT Wuhan Engineering untuk membangun pabrik pupuk di Gresik.
Dalam analisisnya, Hafiq Wijanarko menganggap perusahaan Cina tersebut akan berusaha mengoptimalkan segalanya agar proses berjalan baik dan menguntungkan. Salah satunya ialah dengan membawa tenaga kerja dari negerinya sendiri, sekalipun itu tenaga kasar.
"Mengapa? Karena tidak perlu ada knowledge transfer, tidak perlu ada training, para pekerja sudah paham apa yang mesti dikerjakan. Mencari tenaga kerja lokal yang paham desain pembangkit listrik, atau minimal memiliki skill mengelas yang sesuai standar internasional (mengelas pipa untuk pembangkit listrik tidak sama dengan mengelas pagar besi) tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Jadilah mereka memilih untuk membawa tenaga kerja dari China". tulis Hafiq.
Sekarang penilaian berada di tangan Anda. Lebih percaya yang mana?