Klarifikasi Mensos Risma Diduga Paksa Penyandang Tuli Berbicara
Panggung peringatan Hari Disabilitas Nasional 2021 masih jadi perbincangan hangat. Sebab, beredar video yang memberikan narasi bahwa Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini memaksa penyandang difabel tunarungu wicara dan autisme bernama Anfield Wibowo untuk berbicara. Peristiwa itu berlangsung di Gedung Aneka Bhakti Kemensos, pada Rabu 1 Desember 2021.
Nama Bu Risma pun trending di Indonesia urutan kedua. Ada sebanyak 13,9 cuitan yang dilontarkan di Twitter. Menanggapi pemberitaan tentang dirinya yang viral, Risma menjelaskan bahwa aksinya itu hanya demi memastikan apakah yang bersangkutan menyandang tunarungu atau hanya tunawicara.
Risma memastikan bahwa tak ada niat darinya untuk memaksa penyandang disabilitas untuk melakukan sesuatu di luar kemampuannya. Hal itu dilakukan tak lain hanya demi memastikan mereka dapat melindungi dirinya sendiri tatkala berada dalam situasi rentan.
"Jadi begini yah, saya menyampaikan yang pertama bahwa setiap kekurangan pasti diberikan kelebihan. Kemudian saya pengen tahu apakah alat yang saya bantu bisa berfungsi maksimal. Saya juga kan pengen tahu. Kedua, apakah sebetulnya dia memang hanya tunarungu atau tunawicara atau dua-duanya," terang Mensos.
"Jadi tidak ada niat saya untuk maksa-maksa, untuk apa karena itu nanti pasti akan ada pilihan. Jadi saya pengen tahu apakah alat bantu dengar yang kita berikan itu benar berfungsi atau tidak," sambungnya.
Risma sampe motong kesempatan bicara pengkritik itu buat nyelametin mukanya. https://t.co/ffcaquAhfx pic.twitter.com/d629IgtNT8
— Hallette Bethany (@hallettebeth) December 2, 2021
Menurut Risma, hal itu juga demi melatih Anfield Wibowo untuk berbicara. Belajar dari pengalaman saat dirinya menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, Risma menjelaskan bahwa dirinya pernah menemui tunarungu yang diperkosa.
"Dia nggak bisa teriak, dan itu setelah saya ceritakan di sini, Bu betul. Bahkan pemerkosa itu bebas karena dia nggak bisa menjelaskan. Itulah PR yang terus terang bagaimana mereka bisa survive di kondisi apa pun, minimal dia bisa minta tolong atau teriak minta tolong," papar dia.
Bukan hanya itu, Risma melanjutkan, pernah juga kejadian saat banjir seorang tunarungu tidak bisa teriak, akhirnya dia tenggelam karena tidak ada yang bisa menolong.
"Jadi itulah saya sampaikan saya ingin mengoptimalkan kemampuan dia kalau memang dia bisa bicara, itu pilihan setelah itu dia mau bicara atau tidak. Tapi bagi saya saat dia kondisi terdesak dia bisa melakukan sesuatu untuk pengamanan dirinya itu yang paling penting bagi saya," tegas Risma.
Mensos pun mengaku tak mengesampingkan adanya bahasa isyarat. Bahkan dia bilang seluruh staf di Kemensos dituntut untuk mempelajari bahasa tersebut.
"Sampai ini boleh dicek seluruh staf Kementerian Sosial saya perintahkan untuk belajar bahasa isyarat ada itu surat tugas saya, sudah 58 orang jadi termasuk saya nanti belajar semua," katanya.
Advertisement