KKP Bakal Bangun Pembibitan Mangrove di Pasuruan
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bakal membangun nursery atau tempat pembibitan di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, guna mengatasi permasalahan ketersediaan bibit serta bisa menjadi alternatif pendapatan warga pesisir.
"Selain untuk mengatasi permasalahan ketersediaan bibit mangrove untuk kebutuhan rehabilitasi, pembibitan dan persemaian bibit mangrove dapat menjadi alternatif pendapatan masyarakat pesisir yang terdampak akibat pandemi," kata Plt Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP TB Haeru Rahayu dalam rilis di Jakarta, Jumat.
Dirjen yang akrab dipanggil Tebe ini mengungkapkan, KKP akan membangun tempat pembibitan mangrove di 12 lokasi yang tersebar di wilayah Indonesia, salah satunya di Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur.
Tebe mengatakan untuk memperbaiki kawasan mangrove dan memulihkan ekonomi masyarakat pesisir di Pasuruan, KKP akan menggelontorkan bantuan stimulus ekonomi berupa pembangunan tempat pembibitan mangrove dan pelatihan pengolahan produk turunan mangrove.
"Pembangunan pembibitan mangrove di Pasuruan akan dilakukan pada area seluas 4.500 meter persegi di Desa Penunggul, Kecamatan Nguling. Dengan dibangunnya tempat pembibitan mangrove, masalah ketersediaan bibit mangrove untuk kegiatan penanaman dapat diatasi sehingga kegiatan rehabilitasi kawasan mangrove dapat terus dilakukan," ujarnya.
Agar program ini dapat berjalan dengan baik, Tebe menjelaskan KKP telah terlebih dahulu melakukan sosialisasi pembangunan pembibitan mangrove kepada masyarakat pesisir di Desa Penunggul, Kecamatan Nguling, Pasuruan, yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan masyarakat tentang manfaat tempat pembibitan mangrove.
Secara terpisah, Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (P4K) Muhammad Yusuf mengungkapkan bukan hanya kegiatan sosialiasi pembangunan pembibitan mangrove saja yang dilakukan KKP di Kabupaten Pasuruan. Ada pula penyaluran bantuan pendukung untuk pelatihan produk pengolahan turunan mangrove kepada dua Kelompok Pengolah Pemasar (Poklahsar).
“KKP memberikan bantuan sarana prasarana untuk dua kelompok Poklahsar, yaitu Kelompok Sumber Rejeki dan Kelompok Baroyous. Kedua kelompok tersebut memanfaatkan buah dan daun mangrove untuk diolah menjadi produk konsumsi seperti sirup, brownies, dan keripik,” ungkap Yusuf.
Tidak hanya produk konsumsi, menurut Yusuf kedua kelompok tersebut juga memanfaatkan bagian tumbuhan mangrove untuk diolah menjadi bahan pewarna alami dalam pembuatan batik mangrove.
KKP juga sudah menyalurkan 500.000 bibit mangrove sekaligus mengadakan sosialisasi pembibitan mangrove di Kabupaten Aceh Jaya pada 13 November dan kegiatan pelatihan produk pengolahan turunan mangrove di Kabupaten Aceh Utara pada 18 November.
“Kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah ini menyelaraskan antara kelestarian dengan pemulihan ekonomi. Ini bukan hanya di kawasan terehabilitasi saja. Melalui pembibitan mangrove diharapkan bisa jadi stimulus ekonomi masyarakat dengan memberikan fasilitas pelatihan pengolahan turunan mangrove, juga menambah keterampilan,” urai Tebe.
Tebe menjelaskan, KKP menargetkan produksi olahan makanan berbahan baku mangrove yang dihasilkan nantinya dapat mendorong kesadaran masyarakat pesisir dalam upaya melestarikan ekosistem mangrove melalui pemanfaatan buah dan daun tanpa merusak pohonnya.