KKB Bunuh Pilot Berpengalaman Selandia Baru di Mimika, Ini Kronologinya
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) membunuh seorang pilot berkebangsaan Selandia Baru yang bernama Glen Malcolm Conning, 50 tahun, di Distrik Alama, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Pilot helikopter milik PT Intan Angkasa Service itu dibunuh KKB ketika mengangkut empat penumpang dan mendarat di Distrik Alama. Selain membunuh pilot, KKB juga membakar helikopter.
Conning, seorang pilot helikopter berpengalaman Pulau Selatan yang membantu memadamkan kebakaran di Christchurch, Port Hills baru-baru ini, terbang untuk perusahaan penerbangan Indonesia, Intan Angkasa Air Service.
"Dua petugas kesehatan, seorang bayi, dan seorang anak yang menjadi penumpang tidak mengalami luka," kata Brigadir Jenderal Faizal Ramadhani, Kepala Satgas Cartenz, Selasa, 6 Agustus 2024.
Kementerian Luar Negeri & Perdagangan Selandia Baru (Mfat) mengatakan mengetahui laporan yang keluar dari Papua.
"Kedutaan Besar kami di Jakarta sedang mencari informasi lebih lanjut dari pihak berwenang, dan kami belum memberikan komentar lebih lanjut pada tahap ini," katanya seperti dikutip Reuters.
Seorang teman dekat Conning, Kerry Gatenby memberikan penghormatan kepada pemburu dan nelayan yang bersemangat itu. "(Glen) sangat dicintai oleh masyarakat Motueka dan merupakan pria yang sangat mencintai keluarga," kata Gatenby.
"Kami punya pepatah di antara kami saat bertemu, kami akan berteriak, ‘Shag!’. Dia orang yang istimewa. Daerah itu sangat terisolasi dan hanya dapat dicapai dengan mudah melalui udara," tambah Gatenby.
Kasatgas Humas Ops Damai Cartenz-2024, Kombes Pol Bayu Susen menjelaskan, pilot dan para penumpang langsung diadang KKB setiba di Distrik Alama. KKB tidak membunuh 4 nakes dan 2 anak-anak lantaran masih berstatus warga setempat.
Menurut Kombes Pol Bayu Susen, janji KKB untuk membebaskan pilot Philip tak akan dipenuhi usai mereka membakar pilot Glen Malcolm Conning.
Dari data yang diperoleh, identitas para tenaga kesehatan yakni Kolariak, Hasmaya, Demianus, dan Naomi. Sementara dua anak-anak bernama Ferni dan Hafidan.
Salah satu warga sekitar berinisial HK mengaku melihat helikopter diserang usai landing di Alama.