Kitab Tulisan Tangan Kiai Hasyim Dikaji Kalangan Kampus
Kitab-kitab tulisan tangan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari yang tersimpan di Perpustakaan A Wahid Hasyim Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, menjadi rujukan para mahasiswa dan dosen dari berbagai kampus.
Kedatangan para akademisi bertujuan melakukan penelitian, mencari data, atau mencocokkan data yang sudah dimiliki. Hampir tiap tahun ada saja akademisi mampir ke Tebuireng mencari kitab asli milik Kiai Hasyim
Pengurus perpustakaan A Wahid Hasyim, Muhamad Zainal Arifin menjelaskan, setiap waktu dirinya seringkali didatangi dan diminta melayani tamu dari luar daerah yang ingin menggunakan kitab tulisan tangan KH Hasyim Asy'ari sebagai sumber penelitian.
"Jadi tidak hanya Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang datang ke sini memakai kitab-kitab Kiai Hasyim sebagai rujukan, melainkan anak-anak kuliah, dosen, ataupun praktisi juga sering datang ke sini," ujarnya, dikutip ngopibareng.id, Rabu 15 Mei 2019, dari nu-online.
Misalnya, beberapa waktu lalu terdapat sejumlah mahasiswa asal Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Airlangga, maupun IAIN Ponorogo yang memakai kitab-kitab tersebut untuk kepentingan studi mereka.
"Rata-rata untuk kuliah dan penelitian jurnal mereka,'' terangnya.
Sayangnya, para pengunjung ataupun pembaca yang ingin menggunakan kitab-kitab asli tulisan tangan KH Hasyim Asy'ari tidak diperkenan untuk dipinjamkan keluar dari perpustakaan. Karena, keberadaan tujuh kitab berusia satu abad itu hanya ada satu-satunya di Indonesia. "Kita tidak memimjamkan, ya mohon maaf karena memang tinggal ini satu-satunya," bebernya.
Hal ini dikarenakan pihaknya khawatir, semisal ada peminjam yang tidak bertanggungjawab kitab tersebut bakal rusak ataupun hilang. "Karena ini peninggalan sejarah tentu akan kami jaga betul," tandasnya. Bahkan, beberapa waktu lalu saat tim PBNU meminjam untuk kepentingan pameran juga tidak diizinkan, dengan alasan keamanan naskah asli tersebut.
Namun, ia menjelaskan pembaca masih bisa menggandakan dengan memotocopy beberapa lembar yang digunakan sebagai rujukan. "Kalau difoto copy tidak apa-apa, asal tidak dibawa pulang ataupun dipimjam," pungkasnya. (adi)
"Kedatangan para akademisi bertujuan melakukan penelitian, mencari data, atau mencocokkan data yang sudah dimiliki. Hampir tiap tahun ada saja akademisi mampir ke Tebuireng mencari kitab asli milik Kiai Hasyim".