Kisah Yatsrib Berubah Jadi Madinah, Tiga Etika Berdoa Ajaran Nabi
Ketika Rasulullah, Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (Saw) hijrah ke Madinah (sebelumnya bernama Yatsrib), tempat ini sedang dilanda wabah penyakit (pandemi). Banyak dari rombongan kaum muhajirin yang jatuh sakit akibat wabah ini, termasuk Siti Aisyah ra. ketika itu beliau menderita sakit selama 1 bulan dan rambut beliau sempat berjatuhan (rontok).
Melihat kondisi ini, Nabi Muhammad berdoa kepada Allah seraya berkata:
اللهم حبب الينا المدينة كحبنا مكة او أشد، و صححها لنا، و بارك لنا في صاعها ومدها، وانقل حماها فاجعلها بالجحفة
Terjemahan bebasnya kira-kira seperti ini:
"Ya Allah, buatlah kami mencintai Madinah seperti cinta kami kepada Makkah atau lebih daripada Makkah, dan buatlah (keadaan) Madinah ini baik utk kami, berilah keberkahan di dalam makanannya, dan hindarkan penyakit ini dari kami".
Allah Menjawab Doa Nabi Saw
Allah pun menjawab doa Nabi, wabah penyakit diangkat oleh Allah. Tidak hanya itu, Madinah yang dulunya adalah Yatsrib, sebuah tempat yang tidak nyaman untuk ditempati berubah menjadi salah satu tempat yang paling nyaman untuk ditempati (Thoybah).
Kisah ini mengajarkan beberapa pelajaran penting:
Pertama, adanya keberkahan Nabi yang mengubah kondisi Yatsrib menjadi Madinah.
Kedua, adanya kekuatan doa yang mengubah kondisi Yatsrib menjadi Madinah. Doa Nabi adalah bentuk kecintaan nabi kepada suatu tempat dimana beliau lahir (Makkah) dan dimana beliau akan bertempat tinggal (Madinah). Rasa cinta pada tanah air itu penting.
Siapapun yang pernah mengunjungi Madinah, ia akan merasakan kenyamanan saat tinggal di kota itu. Itu semua tidak terlepas dari keberkahan Rasululllah dan doa beliau untuk Madinah.
Ketiga, doa adalah senjata bagi seseorang yang memiliki iman. Di tengah pandemi saat itu, belum ada kemajuan pengetahuan secanggih sekarang.
Keempat, Nabi menggunakan doa sebagai harapan, doa sebagai kekuatan, doa sebagai keyakinan, doa sebagai bentuk optimisme.
KH Mohammad Nailur Rochman, Pengasuh Pondok Pesantren Bayt al-Qur'an, Kota Pasuruan, yang juga Ketua Rijalul Ansor Jawa Timur memberikan catatan atas fakta sejarah Islam tersebut. Berikut ini:
Sebagai manusia yang beriman, kita juga tidak pernah lupa untuk berdoa. Namun, di dalam berdoa ada beberapa etika yang sering dilupakan:
1. Dalam berdoa, Nabi mengajarkan bahwa kita harus benar-benar merasa butuh kepada Allah. Kita benar-benar minta tolong kepada Allah. Seseorang yang melantunkan doa tapi di dalam hatinya tidak ada rasa pasrah, tidak ada rasa benar-benar butuh kepada Allah, sebenarnya dia belum benar-benar berdoa.
2. Dalam doa, Nabi mengajarkan bahwa kita harus benar-benar mengaku bahwa kita adalah hamba, hamba yang benar-benar hamba. Jika masih ada kesombongan dalam hati seseorang saat ia berdoa, itu artinya dia belum benar-benar berdoa.
3. Dalam doa ada sebuah keyakinan bahwa hanya Allah yang bisa mengambil alih semua kesulitan dan dirubah menjadi kemudahan-kemudahan. Ini harus diyakini dengan seyakin-yakinnya.