Kisah Ujang Sang Pahlawan
Hari Kamis (13/4) pagi sekitar pukul 6.30, Ujang Fadlillah sedang sarapan pagi di rumahnya di Desa Sumberame, Gresik. Ia ditemani istrinya, Nunuk Widiati Ningsih. Laki-laki berusia 55 tahun itu usai mengantarkan sekolah putrinya , Anjanita Nur Sariah yang duduk di kelas 3 SPMN Weringin Anom, Kabupaten Gresik.
Di tengah sarapan paginya, ujang dan istrinya kaget mendengar teriakan suara-suara panik dari luar. Di depan rumah Ujang ada jalan raya yang menghubungkan Driyorejo-Legundi. Persis di selatan jalan ada sungai besar, anak Kali Brantas namanya Kali Surabaya dengan lebar sekitar 50 meter.
“Tolong, tolong, ada perahu terbalik! Tolong, tolong! Teriakan orang-orang itu tidak berhenti. Ujang loncat dari duduknya, dia tinggalkan sarapannya yang belum selesai, dan berlari ke seberang jalan. Tanpa pikir panjang ia segera terjun ke sungai.
Sebuah perahu dengan alas ponton dari drum, memuntahkan seluruh penumpangnya. Dua belas orang dan tujuh sepeda motor terjun ke air. Tapi perahu itu tidak tenggelam. Karena selain ponton tak bisa tenggelam, juga karena perahu itu terikat dengan sling yang melintang di atas sungai.
Jarak perahu dengan tepian sebelah utara tak sampai 10 meter. Jadi sebenarnya perahu itu sudah hamper sampai ke tepian untuk menurunkan penumpangnya. Tapi arus sungai saat itu sedang kuat, membuat keseimbangan perahu jadi hilang, sehingga seluruh penumpang menumpuk di salah satu sisi dan akhirnya semua terlempar ke sungai.
Ujang melompat ke sungai, dengan sudah payah ia berhasil menyeret dua penumpang ke tepi dan menyelamatkan jiwanya. Ketika dia akan masuk sungai lagi untuk menolong penumpang lainnya, kata para saksi yang melihat, tiba-tiba tubuh ujang menegang.
Dia kejang-kejang dan kemudian terjatuh di tepi sungai. Beberapa orang kemudian mengangkat tubuhnya ke lokasi yang lebih tinggi di tepi jalan raya untuk dibawa ke Puskesmas Weringin Anom. Tapi upaya penyelamatan itu tak berhasil, karena Ujang keburu mennghembuskan nafas terakhirnya.
Ujang adalah pahlawan. Dia korbankan dirinya untuk menyelamatkan orang lain. Sebenarnya Ujang sangat akrab dengan perahu ponton penyeberangan yang berusia sekitar 15 tahun itu. Ia juga bekerja sebagai operator bersama pasangannya, Samsudin, dari wilayah utara sungai atau Gresik.
Cuma hari ini dia sedang giliran libur, sedang yang bekerja adalah Supriyadi dan Didin yang rumahnya berada di sebelah selatan sungai, di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Memang, perahu yang biasa memasang tarif Rp 1.000 /penumpang itu dioperasikan bergantian setiap dua hari sekali. Keadilan lokal.
Wagub Jawa Timur, Saifullah Yusuf tak dapat menahan haru ketika bertakziah ke rumah Ujang, Kamis (13/4) pagi. Berkali-kali Gus Ipul, panggilan akrabnya bergumam. “Luar biasa Ujang. Luar Biasa Ujang. Ia korbankan dirinya untuk orang lain. Dia adalah pahlawan,” gumamnya berkali-kali.
Bersama tetangga, Gus Ipul membaca Al Fatihah untuk Ujang, sang pahlawan. Dia duduk di tempat Ujang pagi tadi sarapan, kemudian meloncat meninggalkan saraannya setelah mendengar teriakan orang-orang. Wagub kemudian menyerahkan santunan kepada istri Ujang.
Kepada Anjanita Nur Sariah yang Senin depan menjalani Ujian Nasional SMP, Wagub berpesan agar tetap tabah dan musibah ini sama sekali tidak mengganggu belajarnya. “Ayahmu adalah pahlawan, ikhlaskan kepergiannya. Dia akan bangga padamu kalau hasil ujianmu bagus.” Nita terisak. (nis)
Ujang Fadlillah, Sang Pahlalawan. (foto: nis)