Kisah Tukang Pangkas Rambut Perempuan Pertama di Irak
Um Zeinab, perempuan berusia 32 tahun, mulai bekerja di tempat pangkas rambut laki-laki di Kota Al-Hillah, ibu kota Provinsi Babilon, di Irak. Ibu dua anak ini menjadi perempuan pertama yang bekerja di lingkungan yang maskulin, di negara tersebut.
Setiap harinya Um berangkat dari rumah dengan mengenakan hijab dan masker medis di tengah pandemi Covid-19. Hal yang pertama dilakukan adalah menyalakan lampu salon, dengan meniti anak tangga. Um bekerja untuk menghidupi dua anaknya.
Di salon untuk laki-laki itu, ia membantu memangkas rambut, mencuci wajah, memberikan pelayanan perawatan kulit, hingga mentato bagian tubuh pelanggannya.
Abaikan Pelecehan
Bekerja di dunia yang sangat maskulin Um mengaku banyak menerima pelecehan. Banyak cat-call atau pelecehan verbal dalam bentuk celetukan dari laki-laki di dengarnya. Ia mengabaikan pelecehan yang sering dialamatkan kepadanya. "Saya bagian dari masyarakat, saya seperti perempuan lainnya. Saya pergi bekerja untuk menghidupi keluarga saya," katanya di pusat potong rambut Hook Centre di Kota Al Hilla. Ia menyebut jika dirinya satu-satunya tukang pangkas rambut perempuan di Irak.
Ia pun memberikan semangat pada kawan-kawan perempuannya. Agar mereka bekerja, meringankan beban keluarga dan tak hanya berdiam di rumah. "Pergi keluar, bekerja. Perempuan setara dengan laki-laki. Dan sekarang tak banyak peluang kerja bagi perempuan. Jadi saya ingin membantu keluarga saya," katanya.
Sementara, pemilik salon, Sadiq Wila, mengaku banyak menerima keluhan dari warga setempat tentang sikapnya menerima pekerja perempuan. Namun ia memilih mengabaikan keluhan itu. "Mengapa kita, di Irak, tak memberikan kesempatan pada perempuan untuk mendapatkan peran penting di masyarakat?" katanya.(Rtr)
Advertisement