Kisah Sukses Bupati Sampang Tangani Konflik Sosial Sunni – Syiah
Penyelesaian konflik kasus antara pengikut Sunni-Syiah di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, memunculkan apresiasi banyak pihak. Bupati Sampang H Slamet Junaidi dianggap berhasil menyelesaikan konflik berkepanjangan itu.
Atas keberhasilannya Bupati Sampang, undangan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia. Bupati Slamet diminta memberikan sambutan dalam tajuk Temu Konsultasi Penanganan Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan di Kamis 6 Juli 2023 lalu.
Bupati Sampang diundang untuk membagikan kisah keberhasilannya dalam menangani konflik sosial keagamaan syi’ah-sunni di Kabupaten Sampang.
Dalam catatan, konflik sunni-syiah terjadi dipelbagia tempat di Kabupaten Sampang pada 26 Agutsu 2012 silam. Yaitu di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben dan Desa Blu’uran, Kecamatan Karang Penang. Konflik ini ramai diperbincangkan publik nasional.
Dampaknya, terjadi penolakan yang terjadi dari kelompok sunni membuat pengikut syi’ah kala itu diungsikan ke Gedung Olahraga Sampang. Karena dianggap rawan, para pengikuti Syiah, kemudian dipindahkan ke Rusunawa Jemundo, Sidoarjo sejak tahun 2013.
Beberapa tahun berselang, proses penyelesaian pengikut Syiah mulai dilakukan. Bupati Sampang, sedikit demi sedikit memulangkan para pengungsi. Tahap pertama sebanyak 53 orang dari 14 keluarga eks pengikut syi’ah tiba di Kabupaten Sampang tepatnya pada hari Jumat 29 April 2022.
Selanjutnya, pemulangan tahap kedua kembali dilakukan kepada 60 kepala keluarga (251 orang) pada 4 Mei 2023. Para eks pemeluk syiah kembali kampung halamannya dengan diantar menggunakan empat unit bus.
Atas penyelesaian itu, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Ditjen Bimas Islam Kemenag RI, Dr. H. Adib, mengapresiasi komitmen Pemerintah Kabupaten Sampang. Yaitu dalam memulihkan keadaan para penyintas syiah setempat.
“Terimakasih bapak Bupati beserta jajaran yang telah pro aktif menormalisasi saudara-saudara kita yang selama 11 tahun ini di pengungsian sehingga akhirnya bisa kembali ke kampung halaman,” ungkapnya.
Doktor Adib berharap upaya yang telah dilakulan Pemerintah Kabupaten Sampang menjadi pelajaran bagi sesama untuk mengantisipasi agar konflik serupa tidak terulang kembali di Indonesia. “Ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita bersama untuk menjaga kerukunan antar anak bangsa, ” ujarnya.
Bupati Sampang H. Slamet Junaidi mengungkapkan keberhasilannya dalam mengatasi konflik sosial syiah-sunni bergantung terhadap komitmen dan kesungguhan. Terutama dalam mewujudkan harmonisasi sosial di Kabupaten Sampang.
“Kami merasa berdosa sebagai pemimpin ketika saya tidak bisa membantu saudara saudara kami di jemundo. Ini adalah konsep kami untuk memanusiakan manusia,” ujar Bupati yang akrab disapa Aba Idi dikutip dilaman sampan.go.id.
Untuk proses penyelesaian Aba Idi, Ia melakukan berbagai upaya. Yaitu melibatkan tokoh agama, masyarakat dan desa, membantu pengurusan berkas administrasi, memberikan bantuan PTSL (Program Sertifikat Tanah Gratis) dan pemenuhan hak lainnya.
Aba Idi, mengaku telah merogoh kantong pribadinya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak eks syiah di berbagai pondok pesantren.
“Ini adalah komitmen kami agar masyarakat Sampang seluruhnya dapat merasakan manfaat dari kepemimpinan kami, sejumlah anak-anak penyintas syiah kami sekolahkan dengan uang pribadi di Tebu Ireng dan Lirboyo,” tandasnya.
Advertisement