Kisah Rosella, Penyintas Erupsi Semeru Berdaya menjadi Relawan
Dua pekan pasca terjadinya bencana Awan Panas Guguran Gunung Semeru, dampaknya masih terasa sampai saat ini. Bencana yang menghantam lahan seluas 2.417,2 hektare itu masih menjadi duka bagi warga Lumajang.
Erupsi Semeru
Tidak sedikit warga terdampak erupsi gunung Semeru yang kehilangan anggota keluarga. Data yang dirilis per tanggal 10 Desember 2021, sudah ada 45 orang korban meninggal dunia dan sembilan orang dinyatakan hilang.
Selain itu mereka kehilangan harta, termasuk rumah yang menjadi tempat berteduh sebelum malam kelam itu datang. Kini sebanyak 6.573 orang terpaksa bertahan di pengungsian yang tersebar di 124 titik.
Pasca bencana mengerikan itu datang, berbagai relawan dari latar belakang organisasi yang beragam terjun ke lokasi. Mereka berjibaku menunjukkan rasa kepedulian antar sesama.
Salah satu penyintas korban erupsi gunung Semeru juga bergabung menjadi relawan dengan ribuan relawan lainnya. Ia adalah perempuan bernama Rosella Wardani, warga Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro, Lumajang.
Trauma Rosella
Rosella sama dengan manusia pada umumnya. Ia sempat mengalami trauma psikologis terhadap suara sirine ambulans yang melintas. Ia langsung panik, dan kembali memikirkan kejadian saat desa dan rumahnya hancur terkena dampak APG Gunung Semeru.
Rosella akhirnya bosan terkurung dalam kondisi trauma itu. Ia memutuskan melakukan apapun agar bisa merasa lebih tenang. “Saya tanamkan dalam pikiran saya, jika apa yang saya lakukan adalah salah, saya harus bisa mengatasinya, saya harus bangkit,” kata Rosella saat ditemui di Posko Utama PMI, Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Lumajang.
Rosella memilih jalannya sendiri dengan mengabdikan dirinya menjadi relawan Palang Merah Indonesia (PMI). Rosella aktif membantu proses pelayanan yang saat ini terus dilakukan oleh PMI di Posko Pelayanan terpadu yang berlokasi di Penanggal, Kecamatan Candipuro.
Rosella berusaha melupakan peristiwa kelam yang telah memporakporandakan kampung halamannya. Karena hal itu hanya akan menyisakan rasa pedih yang tak berkesudahan.
Kini Rosella harus memilih antara perjuangan membantu keluarga yang terdampak di pengungsian serta tugas kemanusiaan yang di emban sebagai relawan PMI.
Memilih Jadi Relawan
Rosella terus berusaha menjadi lebih kuat dan mencoba memahami semua kejadian yang menimpa diri bersama keluarga tercintanya sebagai sebuah cobaan dari Tuhan Yang Maha Esa.
“Saya memilih menjadi relawan sebagai pelampiasan agar tidak kembali memikirkan kejadian yang telah ia alami. Saya akan fokus membantu masyarakat sampai akhirnya saya lupa atas apa yang telah saya dan keluarga alami,” ujar Rosella dengan mata berkaca-kaca.
Benar saja, sejak memutuskan bergabung dengan relawan PMI, Rosella menjadi sosok yang tegar karena sibuk membantu warga yang terdampak bencana. “Saya sampai sekarang lupa waktu, sekarang hari apa, tanggal berapa, saya nggak tahu, karena jika saya ingat, saya pasti ingat kejadian hari itu. Saya hanya ingat waktu salat, udah itu aja,” pungkas Rosella.
Advertisement