Kisah Perahu Botol Plastik Warga Gaza
Penduduk Gaza, Palestina, sudah lama terisolir. Posisinya di selatan terpisah dari wilayah utama Palestina di Tepi Barat mudah digencet oleh Israel, diblokade pasokan pangannya selama lebih dari 10 tahun sejak 2008.
Mereka tidak boleh memiliki perahu, padahal sisi baratnya sepanjang sekitar 40 kilometer berupa pantai. Meskipun menderita, tetapi para pemuda Palestina di Gaza tidak pernah menyerah. Salahsatunya adalah Muath Abu Zeid dari Kota Rafah di Jalur Gaza selatan, membuat perahu dari botol plastik untuk mencari ikan di laut. Karena tidak boleh punya perahu.
Dengan ratusan botol plastik kosong yang dikumpulkan dari pantai, Muath Abu Zeid telah mengubah sampah menjadi sumber perahu untuk mencari ikan di laut.
Ayah dari empat anak ini menggunakan lem dan jaring lama untuk mengikat botol-botol itu hingga menjadi perahu kecil yang dia harap bisa digunakan untuk mencari ikan untuk mendukung keluarganya.
Sederhana namun efektif. Sebanyak 700-botol ini mampu membawa hingga delapan orang ke laut, kata Muath Abu Zeid, 35 tahun, yang bertindak sebagai kapten.
Selembar kayu lebar dipasang di atas botol-botol, yang berfungsi sebagai tempat duduk, memungkinkan Abu Zeid untuk mendayung beberapa ratus meter dari pantai - cukup jauh untuk pergi memancing.
Dibutuhkan waktu sekitar delapan jam melaut bagi Muath Abu Zeid dan anak buah perahunya untuk memperoleh tujuh kilogram bermacam jenis ikan antara lain ikan sarden, ikan belanak dan ikan kecil lainnya.
Dia menjual tangkapannya kepada orang-orang yang lewat di jalan sempit di dekat rumahnya. Hasilnya lumayan, dia bisa mendapatkan antara 20 sampai 40 shekel (1 shekel kira-kira Rp 2.500) sehari.
Dua orang adik Muath yaito Mohammed (23) dan Ashraf (20) ikut melaut tiap hari. Karena tiga orang kakak beradik ini memang tidak memiliki pekerjaan resmi.Mencari ikan itulah kini pekerjaan mereka, dengan perahu botol plastik.
“Saya sebenarnya seorang pelukis, tetapi tidak ada orang membeli lukisan saat ini. Jadi saya mencari ikan saja bersama-sama adik saya daripada menganggur," kata Muath.
"Jadi perahu ini telah menjadi penyelamat bagi saya dan keluarga saya."
Di bawah blokade Israel yang melumpuhkan selama lebih dari satu dekade, sekitar 2 juta penduduk Gaza benar-benar menderita. Menurut Bank Dunia tahun lalu, 60 persen penduduk Gaza menganggur, tidak memiliki pekerjaan karena nyaris tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk mendapatkan penghasilan.
Krisis listrik di daerah kantong Gaza membuat berbagai limbah langsung dibuang ke laut, meninggalkan garis pantai sepanjang 40 km itu sangat tercemar.
Untungnya masih ada laut. Tempat beberapa orang seperti Muath Abu Zeid masih bisa mencari ikan dengan sagala keterbatasan kemampuan. Itupun tidak mudah, karena dengan seenaknya Israel memberlakukan zona penangkapan ikan terbatas pada sembilan mil laut di selatan, dan hanya enam mil laut di utara, dekat Israel.
Muath mengambil ide membuat perahu dari botol plastik setelah melihat di di YouTube, di mana ia melihat ada banyak cara orang membuat perahu.
"Saya menghargai gagasan-gagasan itu dan berkata kepada diri sendiri, mengapa saya tidak membuat dengan salah satu cara yang ada. Sekaligus saya juga ikut membersihkan pantai dari sampah botol plastik," kata Muath Abu Zeid.
Saat ini Muath Abu Zeid mencari ikan dengan cara memancing. Dia berharap kalau memperoleh pinjaman uang dari ayahnya, dia ingin membeli jaring. Karena dengan jaring akan diperoleh ikan lebih banyak dibanding dengan alat pancing.
Menurutnya, perairan di sepanjang garis pantai Gaza memiliki banyak ikan yang menunggu untuk ditangkap. (arab news/nas)