Kisah Purel Mojokerto Jadi Kekasih Simpanan Saat Libur Ramadhan
Pemerintah Kabupaten Mojokerto menginstruksikan kepada pengelola tempat-tempat hiburan malam berupa rumah-rumah hiburan karaoke untuk tutup selama bulan Ramadhan 2021. Keputusan Pemkab Mojokerto itu untuk menghormati warga yang menjalankan ibadah puasa. Lalu bagaimana dengan wanita penghibur atau biasa disebut pemandu lagu (PL) yang biasa menemani tamu berkaraoke?
Pekerjaan menjadi wanita PL atau purel memang identik dengan dunia malam. Tugas mereka ini menemani dan melayani para tamu berkaraoke, menyuguhkan minum, dan teman ngobrol. Di Mojokerto keberadaan mereka tersebar di rumah-rumah karaoke dan kafe yang menyediakan tempat karaoke.
Ada juga yang memilih standby di rumah kos, mereka menunggu panggilan dari tamu pun pegawai rumah karaoke, mereka menyebut adalah layanan freelance/boking order dulu.
Libur Sebulan Selama Ramadhan
Namun di saat bulan puasa tiba mereka harus berhenti selama satu bulan penuh karena tempat karaoke diminta pemerintah untuk tutup sementara. Para wanita malam itu terpaksa harus mencari kesibukan lain untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Penelusuran Ngopibareng.id, para PL itu ada yang memilih menjadi kekasih bayangan atau istri simpanan suami orang. Meski ada juga yang memilih pulang kampung jualan baju lebaran dan makanan.
Salah satunya adalah DH 33 tahun, janda satu anak asal Kabupaten Sidoarjo itu merantau ke Mojokerto untuk bekerja menjadi PL. Dia menilai pekerjaan menjadi PL lebih mudah dan cepat untuk mendapatkan uang.
Ia mematok tarif sebesar Rp 100 ribu untuk menemani para tamu dengan durasi 1 jam. Dalam satu malam ia bisa mendapatkan uang ratusan ribu bahkan jutaan rupiah. "Lihat relasinya (tamu), kalau baik ya bisa sampai 1 jutaan lebih. Yang banyak itu saweran Om," kata DH kepada Ngopibareng.id, Rabu 14 April 2021.
DH mengaku sudah empat tahun menjadi seorang PL di bumi Majapahit setelah bercerai dengan suaminya pada tahun 2017 silam. Seperti biasa memasuki bulan suci Ramadan, ia harus mencari pekerjaan lain untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Dulu sekitar dua tahun lalu dia memilih menjadi penjual kue takjil saat bulan puasa tiba. Namun penghasilannya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Terpaksa dia harus rela menjadi simpanan suami orang yang tajir. "Pernah dagang, tapi tidak cukup penghasilannya. Jadi simpanan gadun (sebutan dari suami orang yang tajir) kebutuhan kita dicukupi," terang DH.
Gaet Sugar Daddy
Tak cukup satu atau dua, kata DH, ia bisa menggaet empat sampai lima gadun. Dia tak butuh merayu para pria hidung belang itu untuk dekat dengan dirinya. Para sugar daddy itu datang sendiri dengan rayuan gombalnya. "Awalnya ya iseng-iseng balas chating WhatsApp terus ajak keluar makan, pulang diberi uang, bahasanya ongkos sih," tegasnya.
Keasyikan dengan pria hidung belang itu tak menjadikan dirinya risi. Karena mereka hanya sekedar mengajak keluar untuk makan dan sekadar jalan-jalan saja. "Ada sih satu orang yang biasa bermalam. Yang lain ya keluar biasa aja," jelasnya.
Dia menjelaskan, tak hanya dirinya saja yang rela menjadi simpanan suami orang. Teman satu profesinya juga banyak yang memilih menjadi kekasih bayangkan. "Kekasih bayaran apa kekasih bayangan ya, banyak yang memilih seperti itu. Tidak semua sih, ada yang jualan takjil, ada juga yang jualan baju online untuk sekadar mengisi waktu kosong selama liburan bulan puasa," ungkapnya.
Perempuan asal Kota Udang itu tidak peduli dengan cacian rekan kerjanya yang tidak suka dengan apa yang sudah dilakukan meski hal itu dianggap merusak rumah tangga orang. "Gak suka ya biarkan, kami punya cara sendiri agar tidak ketahuan sama istri sah mereka. Kan nanti kalau sudah kerja lagi kami jaga jarak," tandasnya.
Advertisement