Kisah Panca Atlet Binaragawan Jatim, Berawal dari Ejekan Berbuah Prestasi Medali Perak PON Aceh
Motivasi jadi salah satu kunci sukses dalam menggapai impian atau hasil yang lebih baik. Itulah kunci keberhasilan Panca Trianggono yang meraih banyak prestasi pada cabang olahraga Binaraga.
Keberhasilan ini datang tidak tiba-tiba, mengingat olahraga binaraga butuh latihan khusus yang juga berat agar bisa membentuk tubuh penuh dengan otot yang kekar.
Disiplin diri dalam latihan, mengatur pola istirahat, hingga pola makan menjadi kunci utama bisa sukses mencapai prestasi pada olahraga ini.
Badannya kekar, penuh otot berkilau ketika tampil di atas panggung. Semua badannya tampak pecah akibat latihan keras yang membentuk ototnya. Membuat nama Panca menjadi andalan Jawa Timur dan berhasil meraih perak pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 Aceh-Sumatera Utara.
Namun, siapa sangka, ia tak berpikir bisa menjadi seorang binaragawan. Apalagi, bisa sampai meraih prestasi. Panca bukanlah atlet yang lahir dari keluarga yang berprofesi sebagai orlahragawan, sehingga tak ada gen olahraga dari orang tuanya. Secara ekonomi, ia justru memilih bekerja sebagai kuli untuk menghidupi dirinya dan keluarganya.
Tetapi, seperti kata banyak orang jodoh, rezeki, dan mati ada di tangan Tuhan. Rezeki berkata lain ketika ia mendapat ajakan temannya untuk fitness di gym karena sering diejek kurus oleh teman-temannya. "Saya dulu kurus diejek teman, jadi ada motivasi buat punya badan gede," aku Panca.
Dari ejekan itu, ia yang terbiasa angkat-angkat bahan bangunan mulai melatih diri dengan program beban di pusat kebugaran. Selain itu, ia juga mengatur konsumsi dan jam istirahatnya.
Sampai akhirnya ia kemudian mendapat kesempatan tampil pada Porprov Jatim VI 2019 dan langsung memperoleh medali emas. Setelah beberapa lama berselang, ia kemudian mendapat kepercayaan untuk masuk Puslatda Jatim dan berhasil menyumbang perak di kelas 70 Kg pada PON Aceh-Sumut lalu. "Tidak ada impian meraih prestasi ya hanya mengalir saja untuk pembuktian," ujar atlet kelahiran 7 Oktober 1999 itu.
Pasca itu, ia pun mengambil kesempatan itu mengikuti program pelatihan pelatih sebagai bekal untuk profesi barunya sebagai pelatih. Menurutnya, profesi pelatih menjadi tambahan pemasukan sekaligus untuk bisa menelurkan banyak binaragawan dari Kabupaten Blitar. "Kerjanya tetap serabutan sebagai tambahan. Kalau melatih harapannya semoga bisa sampai level internasional," pungkasnya.