Kisah Mistis Dewi Taroro di Balik Kecelakaan Tragis Hutan Baluran
Cerita mistis kemunculan makhluk halus mewarnai tragedi kecelakaan beruntun enam kendaraan yang terjadi di jalan raya tengah Hutan Baluran, Situbondo yang terjadi pada Kamis, 4 Juli 2019 siang kemarin.
Di kawasan jalan tengah hutan yang memanjang sekitar 23 Km itu memang dikenal warga sekitar merupakan kawasan angker.
Makhluk misterius mulai dari kuntilanak, pocong hingga genderuwo dipercaya warga sekitar kerap muncul menyeberang jalan secara tiba-tiba.
Beberapa suara aneh mulai tangisah bayi hingga jerita perempuan juga kerap didengar para pelintas jalan yang ada di sekitar Kecamatan Banyuputih, Situbondo ini.
"Memang kawasan ini sangat wingit (angker). Beberapa orang bercerita tiba-tiba ada orang menyeberang, padahal tidak ada apa-apa. Ada juga mobil yang tiba-tiba remnya blong, juga ada yang tiba-tiba mesinnya mati," ujar Marzuki, tokoh masyarakat sekitar hutan, Jumat 5 Juli 2019.
Masyarakat meyakini, makhluk gaib penghuni Hutan Baluran bersemanyam di sekitar tebing curam angker yang ada di dekat kawasan itu. Saking angkernya, warga menamai tebing itu sebagai "Curah Tangis" karena konon kerap terdengar suara tangisan dari tebing ini.
Marzuki menceritakan kisah turun temurun tentang kisah asmara Nyai Dewi Taroro yang berakhir tragis di Curah Tangis. Konon, kata dia, ada penghianatan dari drama sepasang kekasih. Saat itu, sang pria tak terima dituduh selingkuh lantas mendorong Dewi Taroro masuk ke dalam jurang hingga tewas.
"Dari cerita mbah-mbah dulu, perempuan itu bernama Nyai Dewi Taroro. Yang aneh, saat dievakuasi, jazadnya menghilang dan tidak ditemukan hingga saat ini," ujarnya.
Warga meyakini, kejadian aneh di sekitar Hutan Baluran tidak terlepas dari dendam Dewi Taroro.
Selain kisah mistis Dewi Taroro, warga juga menduga angkernya kawasan ini karena di lokasi Curah Tangis dulunya juga digunakan sebagai pusat pembantaian PKI dan eksekusi peristiwa petrus.
Terlepas dari cerita mistis yang mengiringi kecelakaan di Hutan Baluran, selama ini kondisi jalan yang membelah Hutan Baluran ini memang sangat rawan karena banyak tikungan, tanjakan, kurang rambu lalu-lintas serta minim penerangan jalan jika malam hari.
"Kami selalu mengimbau agar hati-hati dan selalu berpatroli di kawasan Hutan Baluran," kata Kasat Lantas Polres Situbondo, AKP Hendrix Wardhana.
Sekadar diketahui, kecelakaan beruntun terjadi di Jalan Raya Hutan Baluran KM 253 Kecamata Banyuputih, Kabupaten Situbondo lajur dari arah Surabaya, Jawa Timur, Kamis, 4 Juli 2019 pukul 14.34 WIB. Kecelakaan maut ini menimbulkan korban jiwa dan luka. Karena salah satu kendaraan yang terlibat kecelakaan merupakan rombongan guru (Pendidikan Anak Usia Dini) (PAUD) asal Gresik yang akan wisata.
Kapolsek Banyuputih, AKP Didik Rudianto mengatakan, kecelakaan ini melibatkan setidaknya 6 kendaraan, yaitu truk dengan nomor polisi (nopol) DR-8806-AZ, minibus jenis Ertiga nopol BP-1096-ME yang dikendarai oleh Suwandy Sucioto, 39 tahun, kendaraan L300 Nopol L-9363-P, dua buah bus, dan truk Nopol S-8861-UQ yang dikemudikan oleh Ahmad Subiyakto, 58 tahun.
"Faktor (kecelakaan) kendaraan diduga kendaraan truk Nopol DR-8806-AZ mengalami rem blong," ujar Didik, Kamis, 4 Juli 2019.
Didik menambahkan, kejadian bermula saat truk dengan Nopol DR-8806-AZ melaju dari arah Situbondo menuju Kabupaten Banyuwangi. Sesampainya di TKP, diduga truk tersebut mengalami rem blong.
Di dekat lokasi kejadian kebetulan tengah ada perbaikan jalan. Sehingga banyak kendaraan yang terhenti mengantre melewati jalan tersebut. Namun nahas, truk yang remnya blong itu terus melaju dan tidak bisa mengendalikan kendaraannya. Sehingga menabrak rangkaian kendaraan lain di lokasi.
Advertisement