Kisah Mahasiswa Unair Berhasil Lulus Tanpa Skripsi, Fokus Karya
Mahasiswa Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Wahyu Cahyono Putro baru-baru ini, telah membuktikan lulus dan menyandang gelar S1 tanpa skripsi.
Seperti diketahui, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada 29 Agustus 2023 lalu menyatakan, bahwa mahasiswa tidak harus mengerjakan skripsi untuk lulus kuliah.
Program Kreatif Mahasiswa (PKM) besutan Kemendikbudristek menjadi kunci suksesnya lulus tanpa skripsi. Wahyu yang fokus mengikuti program tersebut bersama beberapa temannya diberikan reward atau hadiah dari Unair untuk lulus tanpa skripsi.
Awalnya perkuliahan Wahyu yang dimulai pada 2019 berjalan seperti biasa, sampai akhirnya ia mengetahui info program PKM dari kakak tingkatnya. Yang membuatnya tertarik adalah bila berhasil mengikuti program PKM akan dibebastugaskan dari skripsi.
"Dari situ saya berharap ada pembukaan program PKM lagi. Rentang waktu 2020-2021 itu saya dapat kabar ada pembukaan PKM lagi, saya dan 4 teman saya lain daftar. Dari situ akhirnya saya dan teman-teman dapat dosen pembimbing untuk brain storming ide," ujar mahasiswa angkatan 2019 itu.
Karya Tulis Pengganti Skripsi.
Dari program PKM yang diikuti, Wahyu membuat sebuah aplikasi yang dinamai 'Emosia' untuk membantu anak autis atau ADHD mengenali emosinya. Butuh waktu hampir satu tahun untuk Wahyu membuat aplikasi ini.
Karya tulis dengan ide dari program PKM inilah yang menjadi pengganti skripsi Wahyu. "Jadi saya fokus ke program dan mendapatkan reward (bebas skripsi dari kampus. Penggantinya hanya karya tulis dari karya saya itu," tuturnya.
Akhirnya Wahyu pun lulus pada Juli 2023 dengan karya tulis berjudul 'Emosia, Media Edukasi Emosi Anak dengan ASD (Autism Spectrum Disorder)'.
"Sebenarnya fokus ke karya, kompetensi. Karena ikut kompetisi dan dapat pendanaan, universitas memberikan reward, jadi bukan semata-mata menjalankan ini karena ingin terbebas dari skripsi. Jadi kayak lebih ke kompetensinya, sama universitas diberikan reward," katanya.
Bisa membuat karya dan lulus tanpa skripsi adalah pengalaman yang berharga bagi Wahyu. Karena karya yang dikerjakan juga membutuhkan kerja keras, ketekunan dan ide kreatif.
"Perjuangan program PKM sendiri luar biasa, ada proses uji coba, pematangan ide dan lainnya hampir satu tahun. Itu tantangan sendiri bagi saya dan kelompok saya. Apalagi waktu kami mengerjakan saat pandemi, jadi semua pertemuan dan koordinasi lewat online," paparnya.
Bukan Hal Baru di Unair.
Menurut Wahyu, sebelum istilah Kampus Merdeka-Merdeka Belajar yang digaungkan Kemendikbudristek. Pihak Unair sudah melaksanakannya, sebab, beberapa kakak tingkatnya juga dibebaskan tugaskan dari skripsi apabila memiliki prestasi lainnya.
"Kalau konsep Merdeka Belajar kan baru populer akhir-akhir ini. Tapi untuk ide dan gagasan yang diberikan reward lulus tanpa skripsi sudah ada di tahun 2020 atau bahkan lebih dari tahun itu setahu saya. Skema pendidikan tidak harus skripsi sudah terlaksana (di Unair), meski bukan dalam skema Merdeka Belajar," terangnya.
Hal senada juga diungkapkan, Rektor Unair Prof Nasih. Menurutnya, Unair sudah melaksanakan apa yang ada di skema Merdeka Belajar.
Dalam keterangan pers pada awak media, Kamis, 31 Agustus 2023 lalu, Prof Nasih menyambut baik kebijakan Kememdikbudristek untuk menghapus skripsi sebagai tugas wajib mahasiswa. Baginya, dengan kebijakan ini mahasiswa lebih bisa memacu kreativitasnya.
"Bukan menghapus skripsi tapi memberikan jalan atau pilihan lain. Jadi sekarang skripsi bukan jalan satu-satunya, tapi ada jalan yang lain," terang Nasih.
Kebijakan baru yang dirancang mengatakan bahwa selain skripsi ada pilihan lain yang bisa dipilih oleh mahasiswa seperti prototipe, proyek, dan tugas akhir yang setara.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis tersebut menuturkan bahwa mahasiswa diberikan kebebasan untuk memilih jalur kelulusan masing-masing.
"Skripsi akan tetap ada, mahasiswa diberikan pilihan lain. Mau proyek silakan, prototipe silakan. Lebih dari itu kami juga sudah memberikan ruang yang cukup luas bagi mahasiswa untuk lulus dari jalan mana pun," tutur Prof Nasih.
Unair sendiri telah menerapkan opsi lain pengganti skripsi sebagai syarat kelulusan, yaitu berprestasi pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas).
Kendati demikian, Prof Nasih menjelaskan bahwa prototipe maupun proyek yang dihasilkan harus tetap dinarasikan serta dilarang menjiplak karya orang lain.