Kisah Mahasiswa UK Petra Wakili Indonesia di Ajang Chinese Bridge
Mahasiswa UK Petra, Devina Paulina Yapar berhasil meraih juara 1 tingkat nasional dan pemenang popularitas dengan “likes” terbanyak dalam lomba Chinese Bridge. Prestasi ini kemudian membuat Devina menjadi wakil Indonesia di ajang Chinese Bridge di China untuk kategori mahasiswa.
Mahasiswa program studi Bahasa Mandarin ini mengaku, senang dan tak menyangka bisa menjadi wakil Indonesia dalam bergengsi ini. “Puji Tuhan. Saya senang dan benar-benar tidak menyangka akan mewakili Indonesia dari Jawa Timur dalam lomba Chinese Bridge di China untuk kategori mahasiswa," kata mahasiswi angkatan 2017 ini.
Chinese Bridge merupakan salah satu ajang perlombaan tahunan berbahasa Mandarin dari pemerintah Tiongkok bertaraf internasional yang mengasah kemampuan berpidato, pengetahuan, serta penampilan seni (unjuk bakat) untuk kategori siswa SMA dan mahasiswa.
Kompetisi tingkat nasional yang membawa Devina jadi perwakilan Indonesia sendiri digelar secara daring pada 18-20 Juni 2021 lalu. Devina bercerita, ada empat bidang yang dilombakan yaitu pidato Bahasa Mandarin, tanya jawab dalam Bahasa Mandarin, tes tulis dengan topik pengetahuan seputar Tiongkok dan Mandarin, serta unjuk bakat berbudaya Tionghoa.
“Persentase penilaiannya pidato sebesar 25 persen, tanya jawab 15 persen, tes tulis 15 prsen dan unjuk bakat 45 persen," papar Devina.
Tema lomba Chinese Bridge 2021 ini yaitu 天下一家 tiānxià yìjiā (One World One Family). Sesuai dengan tema yang diminta, Devina membawakan pidato dengan memboyong semboyan negara Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika sebagai contohnya.
Devina merinci, di dunia ini tidak ada manusia yang sama persis. Tetapi di tengah perbedaan itu manusia bisa saling menghormati dan menolong agar terwujud dunia yang harmonis.
Sedangkan untuk unjuk bakat, mahasiswi semester 8 tersebut memainkan erhu (alat musik tradisional Tiongkok) dengan membawakan lagu berjudul 赛马 (translate: Balap Kuda).
"Lagu berdurasi 1 menit 30 detik ini merupakan lagu klasik Tiongkok yang terkenal memiliki tingkat kesulitan tinggi sebab temponya yang cepat dan membutuhkan teknik menirukan suara kuda serta kelincahan jari,” tambah gadis yang belajar erhu secara otodidak selama 3 tahun itu.
Namun semua itu bukan tanpa rintangan, Devina juga sempat mengalami minder saat lomba tingkat nasional ini. Sebab lawannya yang berasal dari Medan, Jakarta hingga Kalimantan mempunyai kemampuan Bahasa Mandarin yang baik.
"Kompetisi tingkat nasional kemarin cukup menguras energi dan pemikiran. Kendala jarak dan pembagian waktu," ungkapnya.
Ia menambahkan, lebih nyaman latihan secara offline, namun kondisi yang tidak memungkinkan membuatnya harus latihan bersama para dosen yang berada di Surabaya menggunakan zoom.
Tantangan lainnya yang ditemui Devina adalah saat persiapan lomba ini, di mana Devina sebetulnya juga sedang proses pengerjaan skripsi.
Usaha keras itu berbuah manis, kini Devina sedang mempersiapkan diri untuk berlomba tingkat internasional mewakili Indonesia antara bulan September-Oktober 2021 mendatang.
“Semoga saya bisa mengharumkan nama Indonesia dan Universitas Kristen Petra dalam lomba Chinese Bridge tingkat internasional nanti. Doakan dan dukung saya ya," pungkas Devina.
Advertisement