Kisah Karyawan Agen Wisata, Ogah Ganti Profesi Walau Krisis
Sejak virus corona merebak di Indonesia pada awal Februari, tak banyak orang yang bepergian. Hal ini pun mempengaruhi pendapatan dari salah satu perusahaan travel di Bandung.
Adalah Raka Wicaksana, salah satu manajer tur yang mengaku bangkrut akibat sepinya pelanggan. Tidak ada seorang pun yang menggunakan jasanya untuk berlibur. Bahkan, hingga saat ini di dompetnya hanya tersisa Rp 95 ribu untuk bisa bertahan hidup.
“Sekarang ini saya bangkrut dan uang saya ada Rp95 ribu saja di dompet. Kalau tau gini, saya akan menabung mati-matian enam bulan lalu agar bisa bertahan” katanya pada Rabu 22 April 2020 melalui Whatsapp.
Tenggak Obat Tidur
Ia mengingat, banyak tenaga dan uang yang telah digunakan untuk promosi sebelum pandemi menyerang. Laki-laki kelahiran 1995 ini tak pernah menyangka, semua usahanya akan berakhir akibat pandemi ini. Tak pernah muncul di benak, dia dan dunia akan memasuki masa pandemi seperti sekarang. Menurutnya ini adalah momen terberat di mana dia tidak memiliki uang sama sekali.
“Ini adalah masa yang sulit bagi saya sebagai tour leader. Saat ini orang liburan akan dicela dan dianggap aib. Makanya satu pun nggak ada yang pesen tur” katanya.
Dalam kondisi normal, perusahaannya bisa menghasilkan Rp70 juta dalam sebulannya. Sayangnya, pandemi ini membuat hancur dirinya. Hal ini pun berpengaruh pada kondisi psikologinya. Terlebih, pria yang ramah itu juga mendapatkan tekanan dari bos yang menyebabkannya berkonflik. Dia merasa tidak berdaya dan perlu bantuan obat hanya untuk bisa tidur dengan tenang.
“Ini adalah masa tersulit dalam hidup saya, saya menjadi sangat sensitif. Ini saya sampai mengonsumsi obat dari dokter kejiwaan agar bisa tidur dengan tenang” tambahnya.
Tidak Ingin Beralih Profesi
Kini meski menyandang status sebagai manajer tur, ia hanya menghabiskan waktu membaca buku, sekaligus mencari ide dan strategi baru di perkerjaanya, sambil berharap pandemi segera usai.
Di tengah waktu senggangnya itu pria yang juga seorang polyglot ini sempat bertanya dengan tour leader yang lain di Bandung. Hasilnya, rekan seprofesinya banyak yang beralih profesi menjadi tukang sayur hingga reseller hand sanitizer. Opsi ini dipilih agar bisa bertahan dan memenuhi kebutuhan di tengah masa sulit ini.
Namun, pria 25 tahun itu mengaku tidak ingin beralih profesi. Menurutnya dia sudah terlalu lama berada di dunia wisata. Tepatnya sudah delapan tahun.
“Ini teman saya sudah pada beralih profesi agar bisa bertahan. Ada yang jual sayur, hand sanitizer juga tapi kalau saya nggak. Saya sudah sejauh ini menjadi tour leader dan sayang kalau ganti profesi” akunya.
Pelanggan Minta Refund
Meski stres, ia masih bersyukur tak ikut dipecat dari kantornya. Dari total sembilan karyawan yang ada, tersisa empat karyawan saja. Kelima karyawan yang lain terpaksa di PHK karena perusahaan tidak sanggup menggaji.
Namun, pendapatannya untuk kantor kini tidak menentu. Bahkan dalam sehari bisa tidak ada pemasukan sama sekali. Di sisi lain perusahaan juga perlu mengeluarkan biaya untuk berbagai kebutuhan. Seperti tagihan kartu kredit, makanan, transportasi, gaji karyawan, listrik, dan air.
Sedangkan, banyak pelanggan malah meminta refund saja. Penyebab utama permintaan refund ini karena banyaknya rute penerbangan yang ditutup. Setiap harinya, ketiga rekannya menerima telepon pelanggan yang meminta refund.
Komplain yang diterima pun beragam. Mulai dari refund yang belum masuk ke rekening hingga uang refund yang tidak bisa dicairkan.
Sementara itu, refund tiket sendiri berbeda tiap maskapai. Semuanya tergantung kebijakan masing-masing perusahaan. Ada yang bisa diganti dengan uang cash. Namun ada juga yang hanya bisa ditukar dengan jadwal tiket pergi untuk perjalanan nanti.
Menanggapi hal ini, pria yang mahir bahasa asing Inggris itu berharap agar pandemi ini segera berakhir dan kehidupan menjadi normal seperti biasanya.
“Ini kemarin saya denger cerita rekan saya yang setiap hari ditelepon pelanggan untuk refund. Saya hanya bisa berharap agar masa ini berakhir dan menjadi normal seperti sedia kala” tutupnya.
Advertisement