Orang Bijak Menjadi Keledai, Kisah Jenaka dalam Kitab An-Nawadir
Disebutkan dalam Kitab An-Nawadir bahwa Ibnu Aras hendak menjual tikus. Belum sempat terjual, tikus malah naik ke pohon. Ia terus mengikutinya sampai ujung dahan. Sesampainya di sana, tidak ada tempat lari lagi bagi tikus. Akan tetapi, tikus turun ke daun dan menggigit setiap daun yang menjadi pijakannya, dan menggantungkan diri pada daun tersebut. Jelas, Ibnu Aras tidak menemukan jalan lagi untuk menangkap tikus tersebut. Ia memanggil istrinya.
Setelah si istri datang, Ibnu Aras memotong leher daun yang digigit oleh tikus itu. Tikus tersebut jatuh di bawah dan ditangkap oleh si istri. Ibnu Aras turun mengambil tikus. Mereka pergi ke tempat penjualan tikus. Ini termasuk kecerdasannya.
Si Anak Burung
Termasuk kecerdasannya yang lain adalah seorang laki-laki mencari anak burung. Ia mendapatkannya dan mengurungnya di sebuah tempat. Induk anak burung itu datang dan mengamati anaknya. Setelah itu, ia terbang begitu saja. Lalu, induk burung datang kembali dengan membawa satu dinar di mulutnya.
Induk burung itu melempar uang di depan si laki-laki dengan maksud menjadikannya sebagai tebusan bagi anaknya. Akan tetapi, si laki-laki ini tidak meninggalkan anak burung itu untuk si induk. Maka, induk burung melakukan itu hingga mencapai lima dinar. Masih sama, si laki-laki tidak melepaskan anak burung.
Lalu, ia terbang menjauh dari si laki-laki itu. Beberapa saat kemudian, ia datang membawa selembar kain digigit dengan mulutnya, seolah-olah ia memberi isyarat bahwa usahanya telah berhasil. Namun, si laki-laki tersebut sama sekali tidak memperhatikannya.
Melihat hal ini, si induk pergi lagi dengan membawa banyak dinar. Ia mengambil satu per satu dan pergi. Kali ini, Si laki laki tampak khawatir bahwa anak induk akan mengambil semua dinar karena putus asa meminta pelepasan anaknya. Kemudian, si laki-laki melepaskannya. Burung tersebut kembali membawa banyak dinar dan meletakkannya di samping si laki-laki. Setelah itu, ia pergi dengan cepat bersama anaknya.
Perempuan Akhirat
Al-Fudlail bin Abdurrahman berkata kepada Raqayyah binti Atabah bin Abi Lahab, “Carikanlah perempuan yang diketahui nasabnya, baik pangkatnya, tenar kecantikannya, dan indah penampilannya. Apabila duduk, ia memuliakan, Apabila berdiri, ia merendahkan. Apabila berjalan, ia seperti beriak air, terlihat cantik meskipun dari kejauhan. Dari jarak dekat, ia begitu menggoda. Ia bisa menyenangkan orang yang bergaul dengannya, memuliakan orang yang berdampingan dengannya. Ia sangat pengasih, bisa memberikan banyak keturunan. Ia hanya mengenal suaminya. Ia hanya mau menyenangkan suaminya.”
Setelah permintaan itu, Ruqayyah berkata, “Wahai anak paman, lamarlah! Perempuan itu dari Tuhanmu di akhirat. Engkau tidak akan menemukannya di dunia!”
Keledai yang Dicari
Abu Musaal Makfuf berkata kepada Nukhasal-Hamir, “Carikan aku keledai yang tidak kecil dan jelek, tidak besar dan terlalu bagus. Apabila jalanan sepi, ia akan lari. Apabila berdesakan, ia akan berjalan pelan. Ia tidak menyebabkan aku menubruk tiang dan juga masuk ke jurang. Apabila telah banyak makan, maka ia bersyukur. Apabila makanan sedikit, ia sabar, Apabila aku menaikinya, ia semangat. Apabila selain aku menaikinya, ia tidur,”
Nukhas berkata kepadanya, “Sabarlah, semoga Allah Swt. mengubah orang bijak menjadi keledai sehingga engkau bisa menemukan apa yang engkau cari. Wassalaam."
Akhlak Qana'ah
Dikatakan bahwa ketika Allah Swt. menciptakan akhlak, al-Qana'ah berkata, “Aku pergi ke Hijaz”. Ash-Shabar berkata, “Aku ikut bersamamu.”
Ilmu berkata, “Aku pergi ke Irak.”
Akal berkata, “Aku bersamamu”.
Kemuliaan berkata, “Aku hendak pergi ke Syam.”
Kemewahan berkata, “Aku ikut bersamamu.” Kaya berkata, "Aku hendak pergi ke Mesir.”
Kehinaan berkata, “Aku ikut bersamamu.”
Akhlak tercela berkata, “Aku pergi ke Maghrib.”
Bakhil berkata, “Aku ikut bersamamu.”
Akhlak terpuji berkata, “Aku pergi ke Yaman.”
Pengasih berkata, “Aku ikut bersamamu.”
Celaka berkata, “Aku pergi ke padang pasir.”
Murw'ah berkata, “Aku ikut bersamamu”
Fasik berkata, “Aku pergi ke Romawi.”
Mesum berkata, “Aku ikut bersamamu.”
Semoga kita mendapatkan hidayahNya. Amiin.
Doa Puasa Hari ke-3 Ramadan
اَللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ الذِّهْنِ وَالتَّنْبِيْهِ وَبَاعِدْنِيْ فِيْهِ مِنَ السَّفَاهَةِ وَالتَمْوِيْهِ وَاجْعَلْ لِي نَصِيْبًا مِنْ كُلِ خَيْرٍ تُنْزِلُ فِيْهِ بِجُوْدِكَ يَا اَجْوَدَ ْالآجْوَدِيْنَ
Allâhummarzuqnî fîhidz dzihna wattanbîh wa bâ’idnî fîhi minas safâhati wattamwîh waj’al lî nashîban min kulli khairin tunzilu fîhi bijûdika yâ ajwadal ajwadîn
Artinya :
Ya Allah! Mohon berikanlah aku rizki akal dan kewaspadaan. dan jauhkanlah aku dari kebodohan dan kesesatan. Anugerahkanlah kepadaku bagian dari segala kebaikan yang Engkau turunkan, demi kemurahan-MU, Wahai dzat Yang Maha Dermawan dari semua yang dermawan
Fadilah sholat Tarawih malam ke-4
وفى ليلة الرابعة له من الأجر مثل قراءة التوراة والإنجيل والزبور والفرقان
Dan pada malam keempat, diberi pahala sebanyak pahala membaca Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur'an.
Disadur dari Kitab Durratun Nashihin, karya Syaikh Usman bin Hasan bin Ahmad, ulama' besar bermadzhab Hanafi.
Advertisement