Kisah Inspiratif dr. Kamil: Perjuangan Melawan Kanker & Cita-cita
Muhammad Kamil, seorang dokter muda yang inspiratif, baru saja dilantik sebagai dokter spesialis bedah syaraf di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Kisah perjuangannya melawan kanker dan meraih cita-citanya menjadi dokter spesialis bedah saraf patut diacungi jempol.
Hari ini mahasiswa terlama program spesialisasi ini berbahagia lantaran resmi dilantik sebagai dokter spesialis bedah syaraf. Ia tercatat sebagai mahasiswa terlama karena di tengah masa kuliahnya, ia harus berjuang hidup dari kanker yang menggeroti tubuhnya.
Pada tahun 2017, di tengah studinya S3 bedah saraf di Jepang, dr. Kamil didiagnosis dengan fibromyxoid sarcoma, kanker langka yang menyerang jaringan lunak. Dihadapkan dengan kenyataan pahit ini, dr. Kamil tidak patah semangat. Ia menjalani pengobatan dan pemulihan selama satu tahun di Jepang.
"Di tengah-tengah menuntut ilmu tahun 2017, saya diagnosis terkena penyakit kanker. Pemulihan danĀ pengobatan dilakukan selama satu tahun di Jepang karena saya sedang tinggal di sana," katanya kepada awak media.
Setelah dinyatakan pulih, dr. Kamil kembali ke Indonesia dan melanjutkan pendidikannya di Unair. Ia tidak ingin menyerah pada kanker dan bertekad untuk meraih cita-citanya menjadi dokter spesialis bedah saraf.
"Saya ingin membuktikan bahwa kanker bukan akhir dari segalanya. Dengan pengobatan dan terapi yang tepat, kanker bukan penghalang untuk mengejar cita-cita dan karir," kata dr. Kamil.
Menurutnya, apabila mendapatkan pengobatan dan terapi yang tepat, penyakit kanker bukan penghalang bagi seseorang untuk mengejar cita-cita dan karir.
"Itu membuktikan bahwa kanker bukan penyakit yang mematikan. Kalau ditangani dengan baik dan dapat akses yang beruntung seperti saya, insya Allah tidak akan menjadi hambatan untuk karir. Ini saya buktikan sendiri. Saya sudah sekolah S3, saya juga dapat gelar spesialis bedah syaraf di perguruan tinggi terbaik di Indonesia," kata dr. Kamil.
Menjadi Survivor dan Berbagi Semangat
Dr. Kamil tidak hanya fokus pada studinya, tetapi juga aktif dalam gerakan sosial "Miles To Share" untuk membantu pasien kanker. Ia juga aktif mempromosikan gaya hidup sehat melalui olahraga lari.
"Saya ingin menularkan semangat kepada masyarakat bahwa kanker bukan 'death sentence'. Kanker bisa ditangani dan hidup bisa terus dijalani dengan baik," ujar dr. Kamil.
Ia juga melakukan penggalangan dana untuk pasien kanker wanita dan anak. Hal ini karena kasus kanker masih tertinggi di Indonesia.
"Kanker yang dialami wanita seperi kanker serviks, kanker payudara tertinggi kasusnya. Jadi perlu disupport," tambahnya.
Dedikasi untuk Membantu Orang Lain
Dokter yang berusia 37 tahun ini merasa gaya hidup sehat yang ia lakukan selama ini menjadi salah satu faktor bisa sehat kembali. Sehingga, pengalaman ini bisa ditularkan kepada masyarakat.
"Saya membuktikan sendiri. Saya kena kanker. Saya balik sekolah. Saya lari jauh. Itu saya sebarkan bahwa kanker bukan death sentence, tapi low sentence. Nantinya saya akan mendalami ilmu tentang kanker," pungkasnya.
Ke depan, dr. Kamil ingin mendalami ilmu tentang kanker, khususnya yang berkaitan dengan syaraf. Ia ingin mendedikasikan ilmunya untuk membantu orang-orang yang bernasib sama dengannya.
Kisah inspiratif dr. Muhammad Kamil menunjukkan bahwa kanker bukan halangan untuk meraih mimpi. Dengan semangat juang dan tekad yang kuat, semua orang dapat menaklukkan rintangan dan mencapai cita-cita.
Advertisement