Kisah Imam Ahmad Meminta Tolong pada Malaikat
Ada perdebatan yang berkepanjangan di antara sebagian umat islam tentang boleh tidaknya meminta tolong pada selain Allah. Nyaris seluruh ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah sepakat bahwa yang terlarang adalah syirik atau mempersekutukan Allah saja.
Adapun kalau sekedar meminta tolong pada makhluk (beristighatsah), baik itu pada manusia atau makhluk ghaib seperti malaikat, tidaklah mengapa dan tak termasuk syirik selama diiringi keyakinan bahwa yang dimintai tolong tidak dapat memberi manfaat mandiri tanpa izin Allah.
Di antara kisah meminta tolong pada makhluk ghaib (istighatsah) yang dipraktekkan oleh para ulama adalah kisah Imam Ahmad bin Hanbal, seorang pakar hadis yang menjadi pendiri Mazhab Hanbali. Beliau terkenal akan konsistensinya untuk berpegang pada sunnah Rasulullah sehingga namanya hampir selalu menjadi rujukan ketika membahas tentang sunnah.
Diceritakan oleh Abdullah, putra beliau, bahwa pernah suatu saat Imam Ahmad tersesat di jalan saat berjalan kaki hendak menunaikan ibadah haji. Akhirnya beliau menyeru pada para malaikat sebagai berikut:
يَا عِبَادَ اللهِ دُلُّونِي عَلَى الطَّرِيقِ
“Wahai para hamba Allah, tunjukkanlah aku jalannya”.
Beliau berulangkali mengulang bacaan tersebut hingga akhirnya beliau dapat menemukan jalan yang tepat. Kisah ini diabadikan dengan sanad yang sahih oleh Abdullah bin Ahmad bin Hanbal dalam Masâ’il al-Imâm Ahmad Riwâyah Ibnih Abdillah (hlm. 245), al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Imân (vol. X, hlm. 141) dan Ibnu Asâkir dalam Târîkh Dimasyq (vol. V, hlm 298).
Andai meminta tolong pada makhluk ghaib seluruhnya dikategorikan syirik tanpa perlu diperinci motif dan akidah pelakunya, tentu saja sekaliber Imam Ahmad tidak akan melakukannya. Dan para ulama setelahnya pun akan sepakat ingkar pada perbuatan seperti itu. Tindakan Imam Ahmad di atas dan penukilan para ulama tanpa disertai penolakan menjadi dasar bahwa asalkan akidahnya benar, maka istighatsah pada makhluk ghaib tidaklah mengapa.
(Abdul Wahab Ahmad, dosen Universitas Islam Negeri Kiai Achmad Siddiq [UINKHAS] Jember)
Renungan
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَايَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْءٌ
"Siapa yang memberi berbuka kpd orang yang puasa, maka ia mendapat pahala seperti orang yang puasa itu, dgengan tak mengurangi dari pahala orang yang puasa sedikit pun."
(HR. Tirmidzi)
Advertisement