Kisah Hidup Gombloh di Mata Sahabatnya
Lagu ciptaan Gombloh, berjudul Kebyar Kebyar sangat erat kaintannya dengan momen peringatan kemerdekaan Republik Indonesia (RI), yang jatuh setiap tanggal 17 Agustus.
Meski telah lama meninggal, musisi nyentrik tersebut masih memiliki kisah hidup yang menarik untuk diikuti, yakni mulai merintis karir dari jalanan, hingga tetap berperilaku sederhana meski telah menjadi artis terkenal.
Cerita Gombloh di Balai Pemuda
Menurut salah satu sahabat Gombloh, Rifai, atau yang kerap disapa Jhon Pai, temannya itu pada awalnya menjadi pengamen jalanan. Karena sering bertemu, dia pun mengajaknya untuk main ke Balai Pemuda.
“Gombloh dulu di Balai Pemuda, tinggal di teater Bengkel Muda, ketemu sekitar tahun 1972, masih muda dia, belum rekaman itu, masih gembel,” kata Jhon, saat dikonfirmasi Ngopibareng.id, Minggu, 16 Agustus 2020.
Jhon mengatakan, sebenarnya Gombloh punya rumah yang masih berada di wilayah Surabaya. Meski demikian, musisi tersebut jarang pulang dengan alasan lebih nyaman tinggal bersama teman-temannya.
“Padahal punya rumah, rumahnya gombloh di Jalan Kamboja nomor 27. Awalnya ke Bengkel Muda cuman nongkrong, satu sampai dua kali main, akhirnya malah ikut tidur bareng teman-teman,” jelasnya.
Semasa berada di Balai Pemuda, kata Jhon, Gombloh sering kali membuat suasana mencair. Sebab pencipta lagu Apel itu memang terkenal sebagai seorang yang humoris.
“Gombloh itu orangnya lucu, orangnya sering mbanyol (becanda). Ketika kumpul bareng teman-teman, sering sekali membuat guyonan, gak pernah sedih, gak pernah mikir uang,” ungkapnya.
“Kalau punya uang, gaya dia. Kadang, tiba-tiba ngajak ke rumah sakit untuk memeriksakan gigi, tapi besoknya gak jadi, katanya takut suaranya bakal berubah,” lanjut Jhon.
Selain humoris, Jhon mengungkapkan jika Gombloh juga dikenal dengan orang yang sangat dermawan. Karena, saat mendapatkan rezeki yang cukup banyak, sering kali dia berbagi dengan orang-orang di sekitarnya.
“Kalau habis rekaman, biasanya orang-orang dikasih uang. PSK saja dibelikan pakaian dalam, dibelikan satu becak, dibawa ke lokalisasi dan disebarkan ke para PSK yang ada di sana,” jelasnya.
Dengan semua perilaku tersebut, Jhon pun menyebut Gombloh sebagai orang paling merdeka di Indonesia. Karena memang tidak membuat rumit semua permasalahan yang menimpanya.
Perjalanan Karir Gombloh
Pada awalnya, kata Jhon, sebelum bisa menciptakan lagu, Gombloh kerap kali disuruh untuk menyanyi di salah satu cafe di Surabaya. Di sana, pria tersebut sering membawakan lagu ciptaan dari Bob Dylan.
“Sempat juga nyanyi di cafe, ngeband beberapa lagu di sana dikasih uang Rp200 ribu. Seringnya dia nyanyikan lagunya Bob Dylan, soalnya memang ngefans sama Bob Dylan,” ucapnya.
Jhon mengatakan, baru pada sekitar tahun 1975, Gombloh mengeluarkan lagu pertamanya dengan judul Tai Kucing Rasa Coklat. Awal kali mengarang, dia pun masih meminjam peralatan dari pemilik studio.
“Tahun 1975 baru punya lagu pertamanya, dia kalau lagi ciptain lagu seenaknya aja. Kalau lagi pengen ya nulis, terus rekaman, aneh memang,” kata dia.
Setelah itu, lanjut Jhon, Gombloh baru menciptakan lagu yang akhirnya bisa membuat dia terkenal, yakni mulai lagu, Apel, Kugadaikan Cintaku, hingga Kebyar Kebyar. Lagu-lagu itu sempat menjadi tembang andalan anak muda kala itu.
“Pas dikeluarkan, lagu Kebyar Kebyar meledak itu di Indonesia, dia gak menyangka, tapi biasa aja, cuman iya-iya saja. Gombloh yah gitu itu, saya sampai terheran,” jelasnya.
Jhon mengungkapkan, meski diajak banyak produser, Gombloh enggan menetap di Jakarta. Menurut temannya itu, tinggal di Ibu Kota hanya menghabiskan uang saja, dan lebih nyaman berada di Surabaya.
“Dia bilang ke saya, gak mau aku ke Jakarta, uangku nanti habis, Jakarta hanya menghabiskan uang. Tak tinggal di Surabaya saja bareng teman-teman,” kata dia menirukan ucapan Gombloh.
Kematian Sang Musisi
Baru beberapa tahun terkenal, Gombloh akhirnya harus menghadap ke sang pencipta. Menurut Jhon, kawannya itu meninggal karena mengidap penyakit paru-paru akut yang dideritanya sejak masih muda.
“Terkenalnya itu ya waktu sudah agak tua. Gak lama terkenal, hanya sekitar tujuh tahunan. Kemudian dia meninggal karena penyakit TBC, ditambah lagi mungkin dia kecapekkan karena sering konser,” ujarnya.
Saat sudah meninggal, banyak warga Surabaya yang bersedih karena kehilangan musisi kecintaannya itu. Jhon mengungkapkan, masyarakat saat itu yang datang hingga memenuhi lokasi pemakaman.
“Saya ikut mengantar jenazahnya, menuju pemakaman di TPU Tembok, yang mbuka jalan itu pakek sepeda motor gede. Terus pasar di sana juga tutup. Saya aja yang awalnya ngangkat peti, tiba-tiba petinya diangkat orang lain,” ungkapnya.
Dengan momen kemerdekaan ini, Jhon pun berharap agar anak muda bisa mewarisi semangat lagu Kebyar Kebyar ciptaan Gombloh, agar nasionalisme yang telah dibawa musisi nyentrik tersebut tak luntur dimakan zaman.
Advertisement