Kisah Guru Besar Unesa, Punya Dua Putri Guru Besar
Setiap orang tua pasti memiliki cita-cita untuk anaknya. Bahkan, orang tua selalu berharap anak-anaknya menjadi lebih baik dari orang tuanya. Berbekal cita-cita inilah Profesor Supari Muslim mendorong tiga putrinya menjadi guru besar.
Ditemui di rumahnya yang berada di kawasan Jemursari Timur, pria berusia 70 tahun ini menunjukkan beberapa potret pengukuhan kedua putrinya sebagai guru besar. Prof Supari memakai toga diapit kedua putrinya Rina dan Nita yang juga memakai toga saat pengukuhan guru besar. "Anak saya ada tiga, perempuan semua. Ini Rina anak saya yang pertama, ini Nita, anak saya yang kedua," kata Supari sambil menunjukkan foto mereka.
Putri sulung Supari, Rina yang memiliki nama lengkap dan gelar Prof Dr Erina Rahmadyanti ST MT merupakan guru besar bidang ilmu teknik penyehatan lingkungan (Unesa). Sedangkan putri keduanya, Prof Dr Nita Kusumawati MSc, seorang guru besar di bidang ilmu kimia.
Tentu saja mereka berdua adalah kebanggaan guru besar Unesa di bidang teknik elektro ini. Sebagai seorang guru besar dan seorang ayah, tentunya Prof Supari bangga kepada kedua putrinya aktif menjadi pendidik dan juga berhasil menjadi guru besar di usia yang terbilang cukup muda.
Supari mengisahkan, pada awalnya, kedua putrinya tak ingin menjadi guru atau pendidik seperti dirinya dan istrinya (almh) yang juga seorang guru. Setelah lulus sarjana, Rina dan Nita memulai kariernya masing-masing. Rina sempat bekerja sebagai bangkir dan adiknya Nita sempat bekerja di perusahaan lanskap.
Namun, karena keduanya perempuan, Supari lebih ingin putri-putrinya menjadi dosen. Sebab, dosen lebih memiliki waktu untuk mengurus keluarga dibandingkan menjadi karyawan swasta.
"Kebetulan anak-anak saya perempuan, saya arahkan menjadi guru dan dosen. Awalnya tidak mau, lalu saya bilang kalau jadi dosen akan lebih punya waktu untuk mengurus keluarga," ujar Supari.
Dorongan Supari untuk putri-putrinya agar menjadi dosen, bukan tanpa alasan. Rina dan Nita memiliki prestasi bagus saat menempuh pendidikan S1, S2 bahkan hingga S3.
Rina menempuh S1 jurusan teknik lingkungan di Institute Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan berlanjut hingga S2 dengan jurusan yang sama. Sedangkan untuk S3-nya, Rina melanjutkan pendidikan di Unair dengan pengambil jurusan kesehatan lingkungan. "Kalau untuk Nita, ini S1 sampai S3-nya murni ilmu kimia. S1 di ITS , S2 di UGMÂ dan S3-nya di Unair. S2 dan S3nya dia berhasil cumlaude," imbuhnya.
Karena prestasi ini, Nita anak kedua Supari, pada 2005 diminta mengajar di Unesa sambil menyelesaikan S2-nya. Baru setahun kemudian tepatnya 2006, Rina kakak Nita juga diminta mengajar di Unesa sambil menyelesaikan S3-nya.
Tak ada hasil yang mengkhianati usaha, setelah proses panjang yang dialami Rina dan Nita. Kini keduanya sukses menjadi pendidik. Nita bahkan menjadi guru besar termuda di usia 38 pada 2020 dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 4,00. Bersama sang ayah, keduanya juga menjadi dosen di Unesa.
Ada sedikit cerita yang ditambahkan Supari. Meski ia dan istrinya adalah seorang pendidik, Supari tak pernah mendampingi anak-anaknya belajar. "Tidak ada waktu yang saklek bagi mereka untuk belajar, tapi anak-anak saya tahu kapan waktunya belajar ya mereka belajar," ceritanya.
Saat ditanya, apakah ia juga berkeinginan cucu-cucunya untuk menjadi seorang guru besar, seperti ia dan kedua putrinya. Supari menjawab sambil tertawa. "Saya bilang kepada cucu saya. Bapak (panggilan cucunya untuk Supari) profesor, mami profesor, kamu harus rajin belajar. Saya rasa orang tua harus punya cita-cita untuk anaknya, bahkan anak-anak harus lebih baik dari orang tuanya," ungkap Supari.
Setelah melihat kedua kakaknya berhasil mengikuti jejak sang ayah menjadi pendidik dan guru besar. Putri ketiga Supari, Viana Primasari, juga terdorong untuk menjadi dosen dan menyelesaikan S3nya.
"Setelah melihat kedua kakaknya, anak saya yang ketiga juga ingin menjadi dosen dan menyelesaikan sekolahnya sesegera mungkin. Saat ini dia bekerja di perusahaan sebagai accounting," tutupnya.
Advertisement