Kisah Faiz Tosal, Penjual Bubur Kacang Ijo Lancar Bahasa Asing di Surabaya yang Sempat Viral
Cuaca panas dan sumuk khas Surabaya yang menyengat ke permukaan kulit hingga tubuh menjadi alasan yang kuat untuk mencari kudapan yang segar dan manis.
Saat melintas di sekitar Jalan Kranggan, Surabaya, terlihat rombong (gerobak) yang menjual kudapan-kudapan yang nikmat dan tepat waktu untuk disantap. Namun, ada hal yang terlihat menarik. Rombong yang menjual Es Pisang Ijo dan Es Kacang Hijau tersebut bertuliskan sejumlah kata dalam bahasa Inggris.
Ternyata sosok yang menjual kudapan tersebut adalah Faiz Tosal. Pria berusia 58 tahun ini sempat viral di media sosial beberapa tahun lalu tersebut karena fasih berbicara dalam bahasa asing. Bahasa asing yang dikuasainya Inggris dan Jepang. Cak Faiz, sapaan akrabnya, pun mengaku saat itu dagangannya ludes diserbu masyarakat hingga bisa meraih omzet jutaan rupiah per hari.
Rekaman Cak Faiz yang sedang berbincang menggunakan bahasa Jepang diunggah oleh akun Instagram nexs.japanesecenter pada 2020 silam. Unggahan tersebut menuai beragam komentar positif dari warganet.
Selain itu, ia juga kembali viral saat pemilik kanal Youtube Londo Kampung, besutan Dave Andrew Jephcott, seorang vlogger asal Australia, yang fasih berbahasa Indonesia dan Jawa. Ia pun berbicara dengan Cak Dave, panggilan Dave, dengan bahasa Inggris yang luwes dan menceritakan pengalamannya bisa berbahasa Inggris secara lancar.
Seketika, dirinya pun menjadi 'meledak' di media sosial dan banyak dicari-cari, terutama oleh warga Kota Pahlawan.
Namun lima tahun berselang sejak videonya ramai dan diperbincangkan warganet, saat ini pembeli kudapan dari Cak Faiz tidak lagi seramai dahulu. Ia bahkan hanya sekali-dua kali melayani pelanggan yang datang ke rombong miliknya.
“Dulu omzet sempat Rp2 juta per hari pas viral. Sampai saya bisa beli gerobak baru, beli alat-alat masak baru. Tapi terus anjlok pas COVID-19 dan sampai sekarang omzetnya ya nggak pasti,” ujar Faiz saat dijumpai Ngopibareng, Sabtu 22 Februari 2025.
Setiap harinya, Cak Faiz berjualan kudapan tersebut di Jalan Kranggan, Surabaya, dekat pusat perbelanjaan BG Junction. Ia membuka gerainya tersebut sejak pukul 14.00 WIB hingga malam hari.
“Tutupnya ya tergantung ini dagangannya habis jam berapa, kalau belum habis bisa mungkin di sini sampai pukul 23.00 WIB,” ucapnya.
Untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya, Faiz pun berusaha untuk mencari rejeki dari jalan lainnya. Dengan kemampuannya berbahasa Inggris dan Jepang, ia mengaku kerap menjadi supir dan pemandu wisata bagi turis mancanegara ataupun dalam negeri yang ingin bepergian.
“Saya jadi driver nyetir kemana saja bisa. Biasanya ke Bali, Jakarta, tergantung permintaan orang-orang saja, saya siap,” ucapnya.
Selain itu, ia juga berencana untuk membuat kanal YouTube untuk menginspirasi masyarakat, terutama bagi kaum muda agar bisa mengasah kemampuan dan percaya diri berbahasa asing. Cak Faiz menganggap bahwa kemampuan itu sangat diperlukan, terutama pada masa seperti sekarang.
“Saya menyayangkan anak-anak muda, pernah yang datang ke sini, bahkan yang lulusan sarjana Sastra Inggris, tapi malah belum lancar bahasa Inggris. Karena memang belajar dari sekolah saja tidak cukup, harus berani berlatih sendiri atau pun dengan orang-orang di sekitar,” ungkapnya.
Cak Faiz pun mengajak segenap masyarakat, terutama anak-anak muda, untuk mengambil langkah berani memulai berbicara bahasa asing untuk mengasah kemampuan.
“Kalau alasan bahasa asingnya pasif karena gak ada lawan bicara, bisa latihan dengan diri sendiri. Atau dengan saya, saya juga senang hati kalau ada yang mau berlatih bersama di sini,” ucapnya.
Sebelumnya, Faiz menyatakan tidak segampang membalikkan telapak tangan untuk mempelajari bahasa asing. Ia pun butuh beberapa tahun untuk bisa lancar berbicara, dengan belajar secara mandiri, dan mempelajari lima kosakata baru tiap harinya.
Kebiasaan tersebut itu dilakukannya saat tinggal di Pulau Dewata sejak usia muda, pada tahun 1986 hingga 2005 silam dengan profesi sebagai pedagang minuman dan tour guide.
“Saya belajar dari mana saja, dari bule, dari orang-orang sekitar yang bisa berbahasa asing, dari film, musik juga. Saya mencatat kalau ada kosakata baru, pulpen dan kertas ini harus siap terus di dalam kantong,” beber Faiz.
Alhasil dia pun fasih mengucapkan bahasa Jepang dan Inggris. Bahkan ia kerap berinteraksi dengan keluarga, maupun para pembelinya dengan bahasa asing itu agar kemampuannya tetap terjaga.
“Intinya jangan takut, jangan malu. Takut disalahkan, malu ditertawakan, itu bukan makanan yang mengenyangkan buat kita, jangan mendengar kata orang lain,” pungkasnya.
Advertisement