Kisah Bocah Bertahan Hidup Bersama 8 Jenazah di Belantara Hutan
"Ayo cepat loncat Nak," kalimat itu ternyata ucapan terakhir yang didengar Jumaidi, 12 tahun, dari sang ayah, Jamaluddin. Saat itu, alarm di dalam pesawat meraung-raung.
Tanpa pikir panjang, Jumadi dan Jamaluddin yang duduk di dekat pintu langsung meloncat dari atas pesawat Dimonim Air PK-HVQ yang membawa mereka dari Tanah Merah menuju Oksibil, Papua, Sabtu 10 Agustus 2018.
Naas, Jamaluddin terpental karena jatuh di pepohonan di perbukitan Menuk, Kampung Aerambokon, Distrik Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang. Kepala Jamaluddin lantas menghantam bebatuan dan meninggal seketika.
Sementara Jumaidi, masih selamat meski giginya rompal dan lengan kanannya patah. Namun benturan yang mengenai kepalanya, membuat Jumaidi sempat pingsan beberapa saat.
Jumaidi yang tersadar karena kehausan lantas mencari bangkai pesawat yang membawanya. Dia sempat mencari minuman di antara beberapa jenazah penumpang pesawat tersebut.
Lengan yang patah membuatnya tak bisa berbuat apa-apa. Kecuali hanya pasrah dan menunggu bantuan di belantara hutan dengan ketinggian 1.978 meter di atas permukaan laut itu.
Ketika mencari air minum, Jumaidi mengungkapkan sebenarnya masih ada dua korban yang hidup. Sayangnya, Jumaidi tidak bisa berbuat banyak untuk menolong.
Setelah bertahan hingga 18 jam dan tidur bersama delapan korban meninggal termasuk dengan jenazah ayahnya, tim SAR pada Minggu 12 Agustus 2018 pukul 08.45 berhasil menemukan bangkai pesawat dan menolong Jumaidi.
"Sa bapak meninggal," ujar Jumaidi lirih memanggil saudaranya ketika sudah berhasil ditolong tim SAR untuk dibawa ke rumah sakit.
Dalam rekaman video yang didokumentasikan Penerangan Kodam 17 Cenderawasih, terlihat Tim SAR gabungan Basarnas, TNI-Polri, pemda dan masyarakat setempat berjibaku memberikan pertolongan kepada Jumaidi.
Dalam video itu juga Jumaidi sempat menceritakan kisahnya dalam musibah jatuhnya Pesawat Dimonim tersebut. Jumaidi yang masih duduk di bangku SMP ini bercerita, ketika pesawat terjatuh dan menghantam pepohonan, ia sempat terhempas ke luar.
"Kemarin sore itu saya di luar, terlempar. Saya masuk lagi cari air minum, gigiku pindah," cerita Jumadi dalam rekaman video tersebut.
Sambil menangis, Jumadi sempat menyebutkan bahwa bapaknya meninggal.
Dari sembilan orang yang berada dalam pesawat tersebut, hanya Jumaidi yang berhasil selamat.
Jumaidi telah dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Papua setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Oksibil.
Jumaidi dievakuasi menggunakan Pesawat Dimonim Air PK HVC, dari Bandara Oksibil ke Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura.
Sementara 8 korban meninggal dunia saat ini masih disemayamkan di Rumah Sakit Oksibil. Rencananya, hari ini Senin 13 Agustus 2018, seluruh korban diserahkan ke pihak keluarga
Sebelumnya, Pesawat Dimonim Air PK-HVQ, Tipe PAC 750XL milik PT Martha Buana Abadi yang membawa tujuh penumpang hilang kontak di Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua, Sabtu 11 Agustus 2018.
Pesawat yang dipiloti Kapten Lessie dan Kopilot Wayan Sugiarta bertolak dari Bandara Tanah Merah, Kabupaten Boven Digoel, pukul 13.50 WIT menuju Bandara Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang.
Sekitar pukul 14.17 WIT, pilot pesawat sempat melakukan komunikasi dengan pihak Menara Bandara Oksibil.
Pesawat seharusnya sudah mendarat di Bandara Oksibil pukul 14.30 WIT. Namun, hingga pukul 15.00 WIT, pesawat tak kunjung mendarat.
Kini Jumaidi terus dilakukan penyelamatan di rumah sakit. "Kamu harus bertahan, kamu bisa bertahan," ujar Sianturi, perawat yang terus mendampingi Jumaidi agar bertahan hidup.
Korban selamat :
1. Jumaidi (penumpang)
Korban meninggal dunia :
1. Lessie (Pilot)
2. Wayan Sugiarta (Co Pilot)
3. Sudir Zakana (penumpang)
4. Martina Uropmabin (Penumpang)
5. Hendrikus Kamiw (penumpang)
6. Lidia Kamiw (penumpang)
7. Jamaludin (penumpang)
8. Naimus (penumpang)