Curhat Ibu Bayi Kembar Dempet Dada Asal Kendari Jelang Operasi
Senyum tersungging di bibir Selviana Dewi ketika Ketua Tim Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya (RSUD Dr. Soetomo), dr. Agus Harianto, SpA (K) menyampaikan bahwa putri kembar siamnya, akan segera menjalani operasi pemisahan. Asalkan, pemeriksaan laboratorium Aqila Dewi Syabila dan Azila Dewi Sabrina hasilnya bagus.
Namun, seketika itu pula raut wajah Selviana Dewi berubah saat Agus Harianto mengatakan apa saja risiko dari operasi pemisahan bayi kembar siamnya. Wanita asal Kendari, Sulawesi Tenggara itu harus menghadapi kenyataan bahwa Aqila dan Azila bisa selamat di meja operasi, atau meninggal salah satu hingga risiko terbesar ialah bayi meninggal dua-duanya.
"Iya dokter, diusahakan saja yang terbaik. Saya akan berdoa semoga anak saya bisa selamat dua-duanya," ujar sang ibu lirih.
Selviana Dewi lalu terkenang saat dirinya mengandung putri pertamanya tersebut. Saat usia kandungan empat bulan, wanita 20 tahun itu mengetahui bahwa bayinya kembar dari hasil Ultrasonography (USG).
"Setelah tahu itu saya kaget dan hanya bisa berdoa kepada Allah agar diberi mukjizat, itu saja yang bisa saya lakukan," kata Selviana Dewi saat ditemui ngopibareng.id di kamar nomor 7 Instalasi Anak RSUD Dr Soetomo.
Secara berkala, Selviana Dewi melakukan pemeriksaan kandungan hingga bayinya lahir prematur. "Usia kandungan enam bulan USG lagi dan di usia kandungan 7 bulan anak saya lahir sesuai prediksi dokter bayi kembar siam," jelasnya.
Kelahiran Aqila dan Azila merupakan kasus pertama di Kendari untuk bayi kembar siam jenis thoracoabdominopagus yaitu, dempet mulai tulang dada bagian atas hingga bagian atas tali pusar.
"Bayi kembar siam penanggananya belum secepat rumah sakit di kota besar seperti Surabaya ini. Dari RSUD Kendari lapor sini(RSUD) Dr. Soetomo, lalu dokter Agus Harianto datang ke Kendari dan melihat kondisinya. Katanya waktu itu bisa dioperasi tapi harus menunggu usia 10 bulan dulu sampai bayinya siap," cerita Selviana Dewi.
Selama menanti 'janji' itu, Selviana Dewi dan suaminya, Yayasrin merawat kedua putrinya semampu mereka, tapi bukan di rumah melainkan di RSUD Kendari.
Selvi biasa ia disapa memaparkan, anaknya dirawat di rumah sakit bisa lebih mudah bila membutuhkan perawatan dokter. "Jadi setelah lahiran sampai Lebaran Idul Fitri tahun ini dirawat di rumah sakit. Saya setiap hari ke rumah sakit pulang pergi gantian dengan suami," tuturnya.
Selanjutnya, Aqila dan Azila dirujuk ke Dr. Soetomo dengan bantuan pemerintah Kendari. "Kami baru tiba Kamis malam. Rencana akan tinggal di sini sampai operasi selesai dilakukan," imbuh Selviana Dewi.
Yayasrin yang bekerja sebagai sopir taksi online sudah 3 bulan ini tak bekerja karena membantu istrinya mengurus buah hati mereka. Bukan pekerjaan yang mudah selama merawat bayi kembar siam dempet dada. Aqila dan Azila juga tak nyaman dengan keadaan yang dempet.
"Waktu tumbuh gigi rewel. Kasihan saya lihatnya. Ibunya juga kasian karena luka bekas operasi caesar dia tidak bisa lama-lama mengendong si kembar. Berat badannya sudah 21 kilogram itu," kata sang ayah.
Ia pun bersyukur biaya operasi putri kembarnya mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Kendari juga dibantu oleh Pemerintah Jawa Timur. "Pemkot kendari membantu dalam bentuk dana, dibantu juga dengan RSUD Dr. Soetomo dan pemerintah Jawa Timur," pungkas Yayasrin.
Sementara itu, keluarga besar Silviana Dewi dan Yayasrin di Kendari meskipun tak bisa ikut ke Surabaya tetap memberikan bantuan doa agar operasi pemisahan Aqila dan Azila lancar, serta kedua bayi tersebut selamat di meja operasi.
Kasus ini merupakan kasus ke-99 yang ditangani RSUD Dr. Soetomo. Agus Harianto menjelaskan operasi akan dilakukan sebelum Idul Adha jika hasil pemeriksaan bayi bagus.
"Untuk organ jantung dan pencernaan mereka terpisah, kalau jantungnya terpisah alhamdulillah tidak ada kelainan jantung bawaan. Untuk selaput jantungnya menempel sementara hatinya cuma satu," ujarnya.
Lanjutnya, keadaan kembar siamnya komplek tapi masih ada peluang dipisahkan dan selamat dua-duanya.