Kisah Anak Pengemudi Tambang Kalimantan jadi Dokter dari FK Unair
Usaha tak akan pernah mengkhianati hasil, ungkapan ini agaknya cocok untuk Oktara Geovanny Saroza. Oktara yang baru saja dilantik menjadi dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Periode 1 Tahun 2022 ini merupakan anak dari keluarga sederhana yang berhasil menjadi dokter.
Atas keberhasilan anaknya tersebut, ibu Oktara pun haru sekaligus gembira melihat anaknya dilantik menjadi dokter FK Unair Periode 1 Tahun 2022. Ia tak menyangka, dengan semua keterbatasan yang ada, cita-cita anaknya sedari kecil terwujud. "Saya bangga sekali, sampai tidak bisa berkata-kata," terang Rini Kuswanti dengan mata berkaca-kaca.
Ayah Oktara merupakan sopir pengangkut batu bara di Kalimantan. Sementara ibunya adalah ibu rumah tangga. Namun kegigihannya mengantarkannya menjadi dokter di Universitas Airlangga.
Selama menempuh pendidikan sebagai dokter, Oktara juga merupakan mahasiswa kedokteran yang berprestasi. Sebab ia adalah salah satu penerima beasiswa Bidikmisi. Beasiswa kepada putra putri Nusantara yang berprestasi namun memiliki keterbatasan ekonomi.
"Saya sangat bersyukur kepada pemerintah yang telah membiayai saya selama kuliah. Bahkan dari SMP dan SMA sekolah saya dibiayai negara," ujarnya.
Menjadi dokter merupakan cita-citanya sedari kecil. Sulung dari 5 bersaudara ini meyakini bahwa dokter adalah pekerjaan yang keren dan mulia. Semakin beranjak dewasa, ia melihat kondisi di Kalimantan yang masih kekurangan dokter, karenanya tekadnya makin bulat.
Meski memiliki tekad bulat menjadi dokter, Oktara juga sempat ketar-ketir mengenai biaya pendidikan dokter yang tak murah. Beruntung, dia punya orang tua yang suportif, orang tuanya mendukung penuh cita-citanya.
Meski dengan keterbatasan dana, orang tuanya sama sekali tak melarang. Malah sebaliknya memberikan doa dan mendorong agar terus berprestasi sehingga mudah mendapatkan beasiswa.
Jadi Guru Les dan EO
Meski mendapat sokongan biaya hidup, masih banyak perintilan yang tidak bisa dipenuhi dari beasiswa. Karenanya ia memutar otak dengan mencari pekerjaan sambilan.
"Sembari kuliah, saya menjalani beberapa pekerjaan mulai dari menjadi guru les hingga menjadi kru dari event organizer. Dari situ biaya hidup saya tersokong," ceritanya.
Ia berbagi cerita, banyak tantangan yang harus dilewati dalam menempuh pendidikan S1 dokternya. Namun ia tetap bersyukur karena mempunyai teman dan senior yang senantiasa membantunya. "Saya punya teman dan senior yang baik. Baik meminjamkan buku-buku dan lainnya," tambahnya
Tak sampai di situ, untuk menekan biaya hidupnya selama menempuh pendidikan di Surabaya, ia juga harus tinggal di asrama gratis milik komunitas mahasiswa dari Bontang, Kalimantan.
Ingin Jadi Inspirasi Adik-adiknya
Ke depan, dokter kelahiran tahun 1997 ini berencana untuk mencari beasiswa lagi untuk melanjutkan sekolah. Oktara ingin menjadi peneliti di bidang kesehatan atau bekerja di birokrasi kesehatan.
"Apa yang saya lakukan ini, selain untuk masa depan saya sendiri saya juga ingin memotivasi adik-adik saya. Bahwa meski kami dari keluarga sederhana kalau kita berusaha dan mengambil semua kesempatan yang ada, kami pasti bisa," tambahnya.
Pesannya kepada yang memiliki latar belakang ekonomi keluarga sepertinya, tidak perlu takut bermimpi menjadi dokter. Karena beasiswa banyak. Tidak hanya Bidikmisi, bukan hanya dari pemerintah. Bahkan swasta juga banyak.
"Ekonomi bukan penghalang. Yang penting semangat untuk belajar dan berdoa, insyaallah ada jalan," tambahnya.
Untuk sampai ke titik ini, tentu proses yang ditempuh Oktara sangat panjang. Ia bahkan mempersiapkan diri sejak SD dengan menjaga nilai agar tetap bagus. Bahkan ia sempat mengantongi medali perunggu dalam kompetisi sains nasional.