Kisah Anak Loper Koran Raih Cumlaude di IPB
Dibesarkan dalam keluarga sederhana tak membuat Rahmat Budiarto putus harapan untuk mengenyam pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi.
Terbukti, ia berhasil menyelesaikan studi program S2, Magistes Agronomi dan Hortikultura di Institut Pertanian Bogor (IPB), saat Upacara Wisuda di Graha Widya Wisuda, Kampus IPB Dermaga, Jawa Barat pada 25 April 2018 lalu.
Yang lebih membanggakan lagi, Rahmat lulus dengan predikat terbaik dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna 4,00.
Gatot Subagyo, ayah yang berprofesi sebagai loper koran dan Sudi Rahayu, sebagai ibu rumah tangga adalah sosok dibalik keberhasilan Rahmat. Bagaimana tidak, mereka tak henti-hentinya memberikan dukungan moral pada Rahmat dan kedua adiknya untuk tidak putus asa dalam mencari ilmu setinggi mungkin.
“Ayah selalu bilang untuk tidak khawatir soal biaya sekolah. Kata ayah, tidak mungkin sekolah akan mengeluarkan kami karena tidak bisa bayar sekolah,” ungkap Rahmat seperti dikutip dari website IPB.
Dengan penghasilan tunggal dari ayah sekitar Rp 50 ribu per hari (jika semua korannya habis terjual), Rahmat mengaku bersyukur bisa kuliah. Adiknya sudah lulus dari Politeknik di Jember berkata beasiswa bidikmisi.
Menurut Rahmat, keluarga besarnya sangat mengutamakan pendidikan. Dulu, jika Rahmat berhasil menjadi juara satu maka kakek atau neneknya akan membelikannya sepatu baru.
Saat ini, Rahmatlah satu-satunya di keluarga besarnya yang berhasil mencicipi pendidikan tertinggi.
“Kini kondisi ekonomi keluarga kami sedikit membaik. Alhamdulillah, rumah kami sudah mulai ditembok dan berkeramik. Dulu rumah kami terbuat dari bambu, orang Jawa menyebutnya gedhek dan berlantaikan tanah,” paparnya.
Proses pendidikan Rahmat di IPB berbekal beasiswa dari Program Beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) batch dua (2015-2019). Meski sudah menyandang gelar Master, Rahmat masih belum puas.
Dia akan kembali melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi lagi. Berbekal beasiswa yang diterimanya dari IPB, Rahmat bisa langsung melanjutkan studi doktoralnya di IPB setelah diwisuda.
“Saya sangat bersyukur, sejak SD menerima beasiswa dengan dana BOS, kuliah sarhana (tahun 2011) di Universitas Jember pun saya dapat beasiswa unggulan Dikti,” ujarnya.
Di sela-sela studi S1, imbuh Rahmat, dirinya diberikan kesempatan untuk magang di Korea Selatan (Hankyong National University) selama satu bulan dan pertukaran pelajar di Thailand (Kasetsart University) selama satu tahun.
Selama menempuh pendidikan S2 di IPB, Rahmat sudah mempublikasikan satu jurnal Internasional, dua jurnal terindeks scopus (masih tahap reviewer) dan satu draft jurnal Internasional.
“Ketertarikan saya pada ilmu hortikultura Indonesia menuntut saya untuk berguru di IPB. Tentu saya tidak salah alamat, karena ada banyak ahli hortikultura di kampus ini. IPB adalah tempat yang tepat untuk memperdalam ilmu pertanian khas Indonesia,” ujar Rahmat.
Target Rahmat ke depan ialah ingin menuntaskan pendidikan doktor di IPB dengan target lulus sebelum Agustus 2019.
Ia ingin ilmu yang diperolehnya dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan hortikultura di daerah sekitar tempat tinggalnya yaitu di Jember.
“Saya berencana untuk membagi ilmu hortikultura ke petani-petani sekitar, dari penelitian ke petani dan sebaliknya,” tutur Rahmat.
Ia berharap IPB bisa lebih meningkatkan kemajuan sarana pengujian dan laboratorium, karena dapat meningkatkan minat belajar dan meneliti mahasiswa pascasarjana.
“Semoga ilmu yang saya peroleh semasa di IPB dapat bermanfaat bagi daerah saya,” pungkasnya.
Keberhasilan Rahmat tentu disambut bahagia kedua orangtuanya. Gatot Subroto mengaku perasaannya camur aduk antara bahagia, haru dan senang karena anaknya mampu meraih gelar master. “Senang sekali, bersyukur,” ucapnya.
Gatot menuturkan, sejak kecil Rahmat memiliki kemauan keras untuk menempuh pendidikn dengan ketekunannya dalam belajar hingga mendapat beasiswa. “Sejak SMA Rahmat sudah dimudahkan (dapat beasiswa) dari sekolah sampai kuliah,” tutur dia.
Rektor IPN, Profesor Satria mengatakan kampus akan memberikan apresiasi terbaik untuk Rahmat dengan beasiswa ke program S3.
“Kami punya tanggung jawab besar untuk memberikan kesempatan dar keluarga tidak mampu yang memiliki potensi akademik luar biasa, seperti Rahmat ini. Ada beasiswa untuk melanjutkan studi ke jenjang S3,” katanya.
Kisah Rahmat yang berasal dari keluarga sederhana dan berhasil wisuda di IPB ini mendapat apresiasi dari Bupati Jember Faida.
“Rahmat adalah sosok yang membanggakan dan bisa menginspirasi mahasiswa Jember yang dapat beasiswa dari Pemkab untuk lebih berprestasi lagi. Pendidikan merupakan hal penting bagi generasi penerus bangsa, karena membangun Jember sejatinya adalah membangun sumber daya manusia yang lebih baik. Selamat untuk Rahmat,” ucapnya. (*)