Kisah Abu Sufyan, Rasulullah Berjiwa Ngayomi kepada Siapa pun
Ketika 10.000 anggota pasukan Muslim memasuki Mekkah saat Fathu Mekkah, seorang prajurit bernama Sa'ad bin 'Ubadah yang bertugas membawa bendera. Ia pun berteriak lantang saat melintas di depan Abu Sufyan bin Harb yang barusan memeluk Islam bersama rombongan besar pasukannya.
"Ini hari pembalasan (malhamah); semua yang diharamkan kini dihalalkan; kaum Quraisy akan dihinakan...!!!"
Tentu saja, maktratap jantung Abu Sufyan. Ia lalu wadul kepada Kanjeng Nabi Saw atas peristiwa intimidatif itu.
Kanjeng Nabi Saw bersabda, "Hari ini adalah hari kasih sayang (marhamah), hari yang akan memuliakan kaum Quraisy dan mengagungkan Ka'bah."
Lega benar hati Abu Sufyan kini.
Tak berhenti di situ, Kanjeng Nabi Saw lalu mengutus orang untuk menemui Sa'ad bin 'Ubadah, menanggalkan tugasnya membawa panji Islam itu. Lalu Rasulullah Saw menyerahkannya kepada Qais bin Sa'ad, putra Sa'ad bin 'Ubadah. Sejak saat itu, Sa'ad bin 'Ubadah tak lagi diberi tugas untuk membawa panji Islam.
ShallaLlah 'alaih.....
Terlihat jelas betapa ngemongnya Kanjeng Nabi Saw kepada siapa pun. Bahkan Abu Sufyan yang dulunya luar biasa memusuhi dan memerangi Rasulullah Saw. Rasa kemanusiaan yang Nabi Saw kibarkan amatlah tak tepermanai....
Tak hanya begitu. Rasulullah Saw berkhutbah di hadapan masyarakat Quraisy yang tentulah gemetaran: "Siapa yang memasuki Masjidil Haram, ia aman; siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, ia aman; siapa yang memasuki rumahnya, ia aman. Dan kalian semua bebas...."
Nabi Muhammad Saw sama sekali tak menghancurkan manusia dan kemanusiaannya; yang dihancurkan adalah berhala-berhala yang berserakan di Ka'bah dan sekitarnya.
Berhala adalah satu hal; manusia dan kemanusiananya adalah satu hal lainnya. Keduanya diperlakukan dgn sangat berbeda.
Selain itu, cara Kanjeng Nabi Saw memberikan pelajaran kepad Sa'ad bin 'Ubadah amatlah jenius. Bahwa Sa'ad bin 'Ubadah yang telah menebar teror dan intimidasi kpd kaum Quraisy yang itu adalah kesalahan, iya. Atas perbuatan itu, ia diganti.
Tetapi di waktu yang sama, Kanjeng Nabi Saw juga menjaga perasaan Sa'ad yang heroik itu. Maka penggantinya adalah anak kandungnya sendiri, Qais bin Sa'ad. Dengan cara demikian, Sa'ad bin 'Ubadah tetaplah merasa dimuliakan oleh Kanjeng Nabi Saw karena penggantinya adalah keturunannya sendiri.
"Luar biasanya akhlak beliau kepada manusia dan kemanusiaan.
"ShallaLlah 'alaih wa alihi wa ashhabihi. (Edi Mulyono, aktivis LTNNU Jogjakarta)
Advertisement