Cerita Relawan Ambulans Banyuwangi Selalu Siap Saat Emergency
Sebuah ambulans jenis Isuzu Panther terparkir di samping sebuah rumah di kawasan Perumahan Puri Gading Mas Permai blok F 01. Di rumah sederhana tersebut terpasang beberapa banner.
Salah satunya bertuliskan Relawan Banyuwangi. Ya, rumah itu memang menjadi markas para relawan yang tergabung dalam relawan ambulans RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia) wilayah 02 Banyuwangi.
Para relawan ambulans ini memiliki peran penting dalam kegiatan kemanusiaan di Banyuwangi. Mulai evakuasi korban kecelakaan, pengantaran pasien dari dan menuju rumah sakit, hingga pengantaran jenazah. Tidak terkecuali pasien Covid-19 dan jenazah yang meninggal akibat terpapar virus asal kota Wuhan, Tiongkok tersebut.
Dari pintu rumah yang berada di Desa Dadapan, Kecamatan Kabat, Banyuwangi tersebut, keluar seorang pria berperawakan tinggi dan kekar. Pria itu adalah Rujul Ulum, 40 tahun. Pria kelahiran kota Jember, 21 Juni 1981 ini merupakan Kasat Tim Reaksi Cepat (TRC) Informasi Komunikasi Kebencanaan RAPI wilayah 02 Banyuwangi yang sekaligus koordinator relawan ambulans RAPI Wilayah 02 Banyuwangi.
Sambil tersenyum simpul, Rujul mengajak Ngopibareng.id untuk masuk ke rumah tersebut. Tidak ada kursi di dalam rumah itu. Hanya ada sebuah meja di ujung ruangan utama bangunan itu. Di bagian lantai tampak karpet berwarna biru yang menjadi alas duduk.
“Inilah markas kami, tempat kami dan teman-teman relawan ambulans Banyuwangi stand by,” kata Rujul Ulum membuka perbincangan, Kamis, 2 November 2021, kemarin.
Sembari duduk dilantai yang tak berkarpet, Rujul Ulum memulai bercerita. Dia sudah mulai aktif menjadi aktivis kemanusiaan sejak 15 tahun yang lalu. Kebetulan, ayahnya juga seorang yang aktif melakukan kegiatan kemanusiaan.
Ayah 7 anak ini mengaku mulai terpanggil untuk menjadi seorang relawan ambulans saat dia bersama orang tuanya masih tinggal di Jember. Pada tahun 2009, di tengah malam tiba-tiba ayahnya mengalami serangan jantung. Ketika itu dirinya berusaha menghubungi nomor ambulans. Namun saat itu tidak ada yang merespons.
Karena gagal mendapatkan ambulans, dia pun berinisiatif pergi ke jalan untuk mencari bantuan kendaraan. Saat itu dia hanya melihat seorang tukang becak. Seketika itu dia datang dan meminjam becak tersebut untuk mengantar ayahnya ke Rumah Sakit.
“Saat itu adik saya yang mengayuh becaknya. Saya yang mendorong sementara ibu saya duduk sambil memegangi ayah. Alhamdulillah waktu ayah terselamatkan,” kisahnya sambil sesekali bersandar ke tembok ruangan.
Sejak saat itu, keinginannya untuk menjadi relawan yang memiliki ambulans sendiri semakin kuat. Sebab, banyak orang kesusahan untuk mengakses ambulans karena nominal harga yang relatif mahal.
Pada tahun 2011, Dia pindah ke Banyuwangi. Kepindahannya untuk menunaikan pesan ayahnya yang memintanya untuk pulang dan mengabdi di Banyuwangi. Di Banyuwangi dirinya semakin aktif menjadi relawan kemanusiaan. Karena saat itu yang dia miliki hanya sepeda motor, dia pun menolong korban kecelakaan atau orang yang butuh kendaraan dengan menggunakan sepeda motor miliknya.
“Karena belum punya ambulans, baru punya sepeda motor Mio saja, saya bopong pakai motor,” ungkapnya.
Setelah sekian tahun hanya bisa membantu orang dengan menggunakan motor, pada pertengahan tahun 2019 keinginannya memiliki ambulans mulai terwujud. Sebuah Yayasan di Bali, Al Fitroh, menawarinya sebuah mobil ambulans bekas. Tidak sekedar bekas, ambulans yang dimodifikasi dari mobil Suzuki APV itu kondisi mesinnya rusak, ban tipis dan rem dalam keadaan blong.
“Saat itu saya tanya istri saya, dan ternyata istri saya setuju. Akhirnya ambulans itu saya ambil dan saya perbaiki pelan-pelan dengan cara saya sendiri,” jelasnya.
Ambulans dengan nomor Polisi DK 1537 SC itu kemudian diberi nama Prily. Setelah menjalani perbaikan ringan pada mesin, pria yang juga seorang Tik Tok-er ini mendapatkan permintaan untuk mengantar jenazah dari RSUD Blambangan ke wilayah Kecamatan Wongsorejo. Mulanya, dia ragu untuk mengantar jenazah itu dengan menggunakan Prily. Karena saat itu, kondisi rem dan ban Prily masih belum baik.
“Namun saya putuskan untuk mengantar jenazah tersebut karena hand rem ambulans itu masih berfungsi dengan baik. Selain itu, yang diantar adalah jenazah, sehingga kendaraan tidak perlu melaju dengan kecepatan tinggi,” jelasnya.
Sejak awal menjadi aktivis kemanusiaan, Rujul Ulum tidak pernah meminta bayaran. Dia melakukan semuanya dengan bayaran seikhlasnya. Khusus untuk warga tidak mampu, semua layanan gratis, tanpa biaya sama sekali.
Nah, kebetulan jenazah pertama yang diantar Prily dari kalangan keluarga tidak mampu. Sehingga layanan pengantaran jenazah itu diberikan secara gratis. Namun saat itu, pihak pengurus RT setempat terus memaksa memberikan uang sebagai tanda terima kasih. Saat itu uang yang diberikan sebesar Rp400 ribu.
“Uang itu kemudian saya berikan kepada keluarga jenazah sebesar Rp200 ribu. Rp200 saya bawa untuk saya belikan kanvas rem ambulans,” ujarnya.
Meski kanvas rem sudah diganti, suami dari Rara Maharani, 39 tahun, ini belum berani mengantarkan jenazah atau pasien ke luar kota. Beberapa kali permintaan pengantaran ke luar kota dia tolak. Karena ban mobil masih dalam kondisi tipis sehingga tidak layak untuk perjalanan luar kota.
Setelah beberapa kali menolak, hatinya merasa tidak nyaman. Dia pun memberanikan diri mengantar korban kecelakaan ke Jakarta. Karena jenazah yang diantar berasal dari keluarga tidak mampu, dia bersama relawan lainnya mengantar jenazah tersebut secara gratis. Dengan bekal uang pribadi sebesar Rp2.250.000 dia berangkat mengantar jenazah ke Jakarta. Untuk menekan biaya operasional, terpaksa perjalanan ke Jakarta tidak melalui jalan tol.
“Saat perjalanan ke Jakarta, ban ambulans bocor di wilayah Tawangmangu. Kemudian kami beli ban bekas seharga Rp150 ribu waktu berangkat,” jelasnya.
Sepulang dari mengantar jenazah ke Jakarta, seorang donatur yang sudah mendengar kiprah Relawan Ambulans memberikan bantuan sebesar Rp4,5 juta. Sang donatur meminta uang tersebut digunakan untuk membeli empat ban baru si Prily.
“Untuk beli ban totalnya habis Rp2.150.000. Sisa uang saya gunakan untuk memperbaiki mesin mobil. Alhamdulillah mobil akhirnya sudah dalam kondisi standar kembali,” ungkapnya.
Semenjak itu, semakin banyak orang yang bisa dia bantu. Relawan ambulans RAPI wilayah 02 Banyuwangi selalu hadir dalam setiap peristiwa yang membutuhkan ambulans ataupun pertolongan cepat. Si ambulans Prily tidak hanya mengantar pasien atau jenazah di wilayah Banyuwangi saja. Semua yang membutuhkan bantuan untuk antar jemput urusan emergency dilayani.
Hampir semua kota di Jawa Timur pernah menjadi tujuan pengantaran dan penjemputan ambulans Prily. Mulai seputar Jawa Timur, Jawa Tengah, Jakarta, Bali. Bahkan beberapa bulan lalu relawan ambulans ini sempat mengantarkan jenazah korban kecelakaan ke kota Padang, Sumatera Barat.
Seiring kiprahnya yang nyata dirasakan masyarakat, semakin banyak orang yang bergabung menjadi relawan ambulans. Pada saat yang sama juga kian banyak donatur yang peduli. Utamanya dari keluarga orang yang pernah merasakan ketulusan dan keikhlasan para relawan ambulans.
Donasi itu dibelikan tabung oksigen, brankar dan kebutuhan ambulans lainnya. Bahkan ada donatur yang memberikan dana untuk khusus untuk mengontrak rumah yang saat ini dijadikan markas relawan ambulans.
“Waktu itu, ada orang baik memberikan uang Rp6 juta untuk sewa kontrakan sebagai markar relawan ambulans,” ungkapnya.
Memasuki masa pandemi covid-19, relawan ambulans yang kini sudah berjumlah 22 orang menjadi salah satu garda terdepan dalam penanganan pasien covid-19. Ambulans lebih banyak melakukan antar jemput pasien covid-19 atau jenazah pasien covid-19 dari atau menuju rumah sakit. Dia menuturkan, awalnya beberapa anggota relawan ambulans takut tertular, namun dia terus menyemangati rekan-rekannya.
“Tetap saya semangati, tanggal, hari dan waktu kita mati sudah ditentukan. Yang penting benar-benar ikhlas dan tulus membantu masyarakat. Alhamdulillah sampai saat ini tidak ada anggota relawan ambulans yang terpapar covid-19,” ungkapnya.
Karena anggota relawan sudah ada yang berkeluarga, Rujul Ulum, lebih dulu meminta izin pada keluarga anggota relawan yang akan membantu penanganan pasien atau jenazah korban covid-19. Jika keluarganya tidak mengizinkan karena maka relawan tersebut hanya dilibatkan dalam kegiatan pertolongan pada korban kecelakaan saja.
Selama masa pandemi, dalam setiap kegiatannya, para relawan ambulans juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Mereka selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) mulai masker, hazmat dan siap sedia hand sanitizer. Setiap kali selesai mengantar pasien atau jenazah, ambulans langsung dicuci dan disemprot dengan disinfektan.
Pada puncak penularan covid-19 varian delta yakni periode Juli hingga Agustus 2021 relawan ambulans semakin sibuk. Bahkan ada relawan yang tidak pulang sampai satu minggu penuh. Dia hanya istirahat sebisanya di Markas relawan ambulans.
Kala itu dalam sehari relawan ambulans bisa melayani pengantaran 7 hingga 9 pasien covid-19, dan 4 hingga 5 jenazah korban covid-19. Beruntung saat itu, ada tambahan armada ambulans panther dari Yayasan Al Fitroh. Sehingga bisa memaksimalkan layanan pada masyarakat yang membutuhkan. Namun ambulans panther khusus melayani pasien di dalam kota. Mengingat usia kendaraan yang sudah tidak muda lagi.
Sejak awal ambulans prily menjadi armada relawan ambulans, sudah lebih dari 100 jenazah yang pernah diantarkan ke rumah duka. Dari jumlah itu, sebut Rujul Ulum, 60 persen diantaranya merupakan jenazah korban covid-19. Bahkan beberapa diantaranya ada yang meninggal di dalam ambulans.
“Selama pandemi covid-19 ada 7 pasien yang meninggal dunia di dalam ambulans. Itu terjadi saat puncak penyebaran covid-19 dimana saat itu RS seluruhnya dalam kondisi penuh,” terangnya.
Kegiatan sosial relawan ambulans tidak hanya berkutat dalam pada pengantaran atau penjemputan pasien dan jenazah saja. Para relawan kemanusiaan ini juga secara rutin melakukan bakti sosial berupa bantuan kepada anak yatim dan menyumbang pembangunan musala atau masjid.
Dana yang digunakan adalah kas relawan ambulans yang berasal dari uang pemberian keluarga pasien yang mereka bantu. Uang yang diterima dari keluarga pasien itu biasanya disisihkan untuk makan dan operasional relawan yang mengantar. Selain itu, disisihkan untuk kas relawan ambulans.
“Jika kas sudah cukup banyak kita sumbangkan kepada anak yatim dan Shodiqoh untuk pembangunan musala atau masjid yang membutuhkan,” bebernya.
Pria yang bekerja sebagai security Pertamina ini menambahkan, dari 22 relawan yang ada saat ini masih ada yang bersekolah dan sebagian sudah memiliki pekerjaan tetap. Namun menjadi relawan ini dia pastikan tidak pernah mengganggu sekolah atau kerja anggota relawan. Karena semua anggota relawan sudah saling mengerti dan bekerja dengan penuh keikhlasan.
“Yang waktunya sekolah ya sekolah, yang bekerja ya kerja. Semua saling mengerti. Kami juga tidak menerapkan sistem shift, siapa yang luang dia yang melayani dan stand by jika sewaktu-waktu ada yang membutuhkan layanan ambulans,” terangnya.
Di akhir perbincangan itu, Ngopibareng.id sempat menanyakan keinginan relawan ambulans yang ingin diwujudkan. Pria ini pun mengatakan, semua relawan ambulans RAPI wilayah 02 Banyuwangi ingin memiliki ambulans baru. Agar bisa melayani masyarakat yang membutuhkan dengan lebih baik.
“Menurut kami, memang idealnya harus ada 3 ambulans agar bisa mengkover layanan di seluruh Banyuwangi,” pungkasnya.